Ember yang berisi jeruk nipis, paureh langkok dan bedak dibawa ke halaman mesjid yang telah di penuhi jamaah dan warga sekitar. Setelah membaca doa, perwakilan jamaah yang ikut berkurban mendekati hewan kurban, dan mulai memandikan sapi tersebut. Setelah itu, sapi di sisir dibagian kepala sambil dibedaki. Beragam bungapun menempel di tubuh sapi kurban yang telah dimandikan. Tak ketinggalan, parfum botol ikut disemprotkan. Hal serupa juga dilakukan untuk empat sapi kurban lainnya secara bergiliran.
Menurut Bainullah, proses itu merupakan tradisi yang telah mereka lakukan secara turun temurun, sebagai Jamaah Tarekat Sattariyah dari Pariaman. Menurutnya prosesi ini merujuk pada kisah Nabi Ibrahim yang hendak mengurbankan anaknya, Ismail.
“Kurban ini kita kan menjalankan syariat. Syariat itu kita ambil dari Nabi Ibrahim sewaktu memotong anaknya (Ismail). Terlebih anaknya ini kan dibersihkan oleh istrinya yang bernama Siti Sarah. Dibersihkan, dimandikan, disikat rambutnya, dibedak. Jadi yang kita perbuat sekarang adalah (berdasarkan) itu,” ujar Aminullah, Sabtu (2/9/2017) pagi.
Usai penyembelihan, para jamaah dan warga sekitar mulai membersihkan hewan kurban untuk nantinya dibagikan kepada para jamaah maupun warga sekitar. Menurut Bainullah, jamaah Mesjid Nurul Huda tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Kota Padang, namun juga dari Pariaman dan Kabupaten Solok. Ritual inipun dilakukan setiap tahun.