BEBERAPA kali saya mengikuti pertemuan dengan beberapa kepala daerah di Sumatera Barat (Sumbar), ada program yang disebut-sebut sebagai salah satu program untuk meningkatkan knowlagde dan penguatan keagamaan serta budaya generasi masa kini.
Ini cukup beralasan karena masa lalu surau di Minangkabau cukup berpengaruh dalam membentuk kehebatan dan ketokohan. Kita bisa lihat tentang tokoh-tokoh agama, politik, ekonomi dan bangsa Minangkabau masa lalu yang tidak terlepas dari pendidikan yang dilaluinya di surau.
Sebut misalnya, Bung Hatta juga pernah masa kecilnya mendapatkan pendidikan di surau, Hamka apalagi, Zainuddin Labay dan setersunya. Bahkan ulama-ulama berlomba-lomba mendirikan surau sebagai univeristas untuk anak-anak belajar integratis agama dengan pengetahuan adat, budaya dan umum.
Kehebatan itu berbekas betul oleh masyarakat Minang, sehingga ingin sekali sampai kini menghidupkan anak-ana masa kini dengan pendidikan surau itu.
Wajar pula spirit dan semangat itu menjadi pendorong pimpinan daerah dalam membangun daerahnya yang smart seperti generasi surau masa lalu tersebut. Namun yang perlu kita hadang adalah surau macam mana dalam konteks sekarang dikembangkan, sehingga bersinergi dan selaras dengan masa dan era kekinian generasi kini itu.
Tentu surau masa kini, tidak sama gaya dan format dengan masa lalu karena generasi masa kini, generasi yang berbeda dengan masa lalu pula, suasana dan dinamikanya pun jauh berbeda. Oleh sebab itu, surau tentu menyesuaikan untuk membentuk generasi masa kini ini, dengan cara-cara masa kini.
Mungkin dengan melihat tipologi generasi sekarang, generasi siap saji, sangat melek dengan teknologi terkoneksi dengan dunia luas tanpa batas, serta sangat bertradisi maya, maka setidaknya surau-surau masa kini harus dihadirkan dengan tradisi-tradisi kontemporer seperti tipologi generasi kekinian itu.
Surau harus di desain dengan program yang berpihak pada tipologi generasi itu. Untuk memudahkan membangun keberhasilan surau itu, mungkin sudah saatnya pemerintah daerah masing-masing membuat sebuah surau model yang bentul-betul didesain dengan kekontemporeran yang dapat dijadikan basis oleh generasi z (Gen-Z) sekarang sebagai tempat penempaan diri berilmu pengetahuan dan berbudaya serta beragama yang tinggi itu.
Surau-surau model dibangun dengan kekuatan-kegiatan dan sarana-sarana kekinian, misalnya surau modrn harus memiliki wifi, memiliki sarana teknologi, memiliki sarana-sarana “nongkrong” sebagai tempat menunggu waktu salat tiba, atau kalau boleh ada kafe yang menyentrik adanya, sehingga surau menjadi model yang dibetahi dan diseangi untuk di datangi oleh anak-anak muda.
Tidak saja hadir terprogram kajian-kajian keagmaan, tetapi hadir juga kajian-kajian teknologi, kajian akal pikiran, kajian-kajian enterpreneur dan seterusnya. Artinya surau berfasilitas sesuai dengan gaya generasi kekinian itu.
Jadi surau generasi z tentu berbeda dengan surau orang tua, pengetian surau generasi z tentu sudah bergeser, tidak hanya sebagai basis ruangan pelaknsaan shalat dan pengajian tetapi menjadi sebagai pusat keagamaan dan aktivitas-aktivitas keilmuan.
Baca juga: Sejarah Masjid Wanita Sungai Limau Padang Pariaman, Dulu hingga Sekarang
Oleh sebab, surau kontemporer adalah surau yang menjembatani keilmuan dan keagamaan, yang dilengkapi dengan sarana prasarana sesuai dengan trendnya kontemporer itu. View-view surau tentu berkhazanah keilmuan juga diharus didesain, karena view itu menjadi penarik utama sekaligus mengubah kebatinan anak-anak generazi z.
[*]
Penulis: Silfia Hanani, Rektor UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi