Padang, Padangkita.com ā Di pelosok Sumatra Barat (Sumbar) masih banyak bangunan masjid dan musala yang berusia lebih dari 100 tahun atau seabad. Salah satunya adalah Surau Anjuang Tanah Sirah di Jorong Tanah Sirah, Nagari Koto Gadang Koto Anau, Kabupaten Solok. Surau ini usianya diperkirakan sudah lebih dari seabad.
Melihat surau ini sekilas mirip seperti rumah gadang. Pasalnya, tidak ditemukan kubah sama sekali di atapnya, sebagaimana bangunan masjid atau surat umumnya. Yang terlihat adalah perpaduan rumah gonjong dan menara beratap limas.
Surau Anjuang Tanah Sirah dapat diakses dari Jalan Raya Padang-Solok melalui Jalan Cupak. Bangunannya agak tersuruk karena berada di belakang Masjid Baitul Haq, masjid dua lantai yang cukup besar.
Ketika Padangkita.com berkunjung pada Sabtu (23/5/2021), bangunan surau ini tampak usang dan tak terawat. Material bangunan terbuat dari kayu dan papan, sementara atapnya berbahan seng. Kondisi kayu dan papan masih asli sejak didirikan. Namun, papan surau sekarang sudah banyak yang lapuk, bolong, dan hampir roboh.
"Kondisi itu membuat masyarakat tak lagi menggunakan surau ini," ujar Wali Jorong Tanah Sirah Carles Hanafi, 45 tahun,
Pengaruh rumah gadang terhadap arsitektur surau ini tampak jelas. Lantai bangunan surau ditinggikan dari tanah membentuk kolong. Untuk menaikinya, terdapat jenjang dari beton dengan lima anak tangga.
Pada dinding jenjang bagian kiri, terdapat pahatan bertulis angka 1332 Hijriah dan 1914 Masehi. Menurut Carles, angka itu kemungkinan tahun pembangunan jenjang.
"Tahun ini merujuk pada pembuatan tangga beton. Usia surau sendiri tentu lebih tua. Istilahnya, pasti dahulu surau daripada tang," ujarnya.
Surau Anjuang Tanah Sirah didirikan oleh Angku Tunggek Labai. Denah bangunannya berbentuk persegi, terdiri dari ruang utama untuk salat dan serambi.
Serambi berfungsi sebagai ruang peralihan dari luar menuju ruang salat. Serambi ini memiliki lebar 1 meter dan berpagar kayu yang memiliki ornamen hasil pahatan.
Memasuki ruang utama masjid, kondisinya miris dan memprihatinkan. Lantai papannya sudah lapuk sehingga sebagiannya sudah terban. Begitu pula empat tiang utama yang menopang konstruksi atap. Kayunya sudah dimakan rayap.
Di bagian depan, terdapat ruangan mihrab. Ada rak kecil berisi tumpukan mushaf Al-Qur'an yang kertasnya telah menguning dan lusuh.
Adapun di bagian belakang, kita bisa temukan sebuah ruangan berpintu yang digunakan untuk suluk. Pintu ruangan itu tampak mencolok karena berukir mahkota ala Belanda.
Mirsyam, 64 tahun, warga Jorong Tanah Sirah, saat ini tidak ada perawatan terhadap bangunan surau. Surau ini sudah ditinggalkan sejak tahun 2016.
"Sekitar lima tahun surau ini masih digunakan. Guru yang menjaga dan merawat surau ini sudah meninggal," ujar Mirsyam.
Mirsyam mengatakan, Surau Anjuang Tanah Sirah awalnya didirikan sebagai surau kaum Chaniago. Anak-anak Jorong Tanah Sirah dulu mengaji di sini.
"Sejak Surau Anjuang Tanah Sirah tak lagi digunakan, anak-anak pindah mengaji ke masjid dua lantai yang berada dekat masjid," lanjut Mirsyam.
Sejak didirikan sampai sekarang, bentuk Surau Anjuang Tanah Sirah masih tetap seperti aslinya.
Sejarawan Zusneli Zubir berharap adanya perhatian serius dari pemerintah daerah untuk mempertahankan Surau Anjuang Tanah Sirah.
"Perlu adanya tindakan pelestarian terhadap surau ini. Apabila tidak segera diperbaiki, maka dikhawatirkan akan roboh," kata Zusneli. [den/pkt]