Sawahlunto, Padangkita.com - Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB Kota Sawahlunto, Yasril menyatakan siap mengejar target penekanan angka stunting di wilayah itu menjadi 14 persen pada tahun 2024.
“Kita yakin, target penurunan menjadi 14 persen dapat terwujud jika semua pihak ikut terlibat dalam penanganannya,” jelas dia saat acara Diskusi Panel Manajemen Kasus Stunting yang digelar di RSUD Kota Sawahlunto, Rabu (10/8/2022).
Kegiatan diskusi yang ke 10 dari 19 kabupaten/kota di Sumbar tersebut menghadirkan sejumlah ahli sebagai narasumber dan stakeholder terkait, seperti pihak Puskesmas dan Kecamatan. Dari pertemuan ini diharapkan ada tindak-lanjut untuk penanganan stunting di daerah.
Sebelumnya, pendataan keluarga berisiko stunting di Kota Sawahlunto telah dilakukan tahun 2021 lalu. Menurut data E-PPGBM dinas setempat, angka stunting Sawahlunto berada di angka 5,6 persen.
Angka ini memang berbeda dengan data survei nasional SSGI yang mengungkap angka prevalensi stunting di Sawahlunto didapat di angka 21,1 persen.
“Data kita ini juga ada kelemahannya, namun yang jelas kita berupaya menekan jumlah penderita stunting di Sawahlunto," ujar dia.
Pada kesempatan sama, Koordinator Bidang KB KR BKKBN Sumbar, Rismiati mengatakan, pemerintah terus berupaya menekan angka prevalensi stunting di daerah. Secara nasional memang, angka stunting pada tahun 2019 sebesar 27,9 persen.
Dalam upaya menekan stunting di angka 14 persen tahun 2024, pihak BKKBN Sumbar telah membentuk Tim Pendampingan Keluarga (TPK) yang anggotanya terdiri dari kader PKK, kader KB dan Bidan Desa.
“Selain itu juga ada program Bapak Asuh Anak Stunting. Kita berharap pejabat di daerah diharapkan bisa menjadi bapak asuh di daerahnya masing-masing,” ingat Rismiati.
Sementara itu, salah satu narasumber, Dokter Spesialis Obgyn, dr. Antoni Kurniawan, Sp.OG mengungkapkan, stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tubuh pendek.
Secara teknis dia menjelaskan, penyebab langsung stunting diantaranya adalah, asupan gizi yang tidak kuat, penyakit infeksi yang diidap anak maupun calon ibu saat kehamilan.
Lebih jauh dia menjelaskan, terkait kondisi kehamilan yang menyebabkan stunting, faktor-faktornya karena kehamilan dengan kelahiran Preterm. Untuk diketahui preterm adalah proses persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 20-36 minggu.
“Faktor selanjutnya, pertumbuhan janin terganggu karena ibu hamil yang anemia, termasuk juga kualitas sperma sang ayah,” jelas dr. Antoni Kurniawan.
Faktor selanjutnya, Ibu hamil dengan penyakit penyerta, seperti TBC dan semacamnya. Ibu hamil dengan kelainan letak plasenta, ibu dengan komplikasi pasca persalinan.
Baca Juga: Kenapa Anak Bisa Terkena Stunting? Ini Jawaban Teknisnya
Untuk penanganan lebih konkrit menurut dr. Antoni, risiko stunting perlu dikaji dari beberapa faktor. Diantaranya, faktor calon pengantin dengan faktor risiko tidak terkoreksi selama 3 bulan pranikah (anemia, KEK, usia terlalu muda). [isr]