
Tumpukan sampah di sepanjang Pantai Padang, Selasa (09/10/2017)
Padangkita.com - Sampah menjadi musuh utama sejumlah lokasi wisata di Indonesia termasuk di Sumatara Barat. Staf Ahli Sekretaris Kabinet Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat, M. Amperawan menyatakan pencemaran sampah di laut telah
terjadi di sejumlah ikon wisata di Indonesia.
Menurutnya penggunaan sampah di Indonesia saat sudah sangat mengkhawatirkan. Mengutip penelitian Profesor Jambeck dan kawan-kawan dari University of Georgia Amerika Serikat, indonesia menjadi negara kedua di dunia dengan produksi sampah plastik terbesar di dunia. Sedangkan negara penghasil sampah terbesar di dunia adalah China.
“Saat ini ikon wisata yang mulai dicemari sampah adalah Wakatobi, Raja Ampat, Manggarai Barat, Manado, dan Morotai,” katanya dikutip dari situs setkab, Jumat (29/12/2017).
Dirinya juga menjelaskan bahwa soal sampah telah menjadi persoalan global. Pencemaran sampah yang saat ini terjadi di laut, bukan lagi jadi masalah lokal, tapi sudah menjadi persoalan dilevel internasional.
Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah sampah yang dihasilkan pada tahun 2016 baik sampah darat maupun laut adalah sebanyak 65 juta ton.
Tingkat pertumbuhan sampah yang diperkirakan akan mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka pada tahun 2019, lanjut Amperawan, sampah yang dihasilkan Indonesia diproyeksikan akan sebanyak 68 juta ton. Dari jumlah sebanyak itu, diperkirakan sebanyak 9,52 juta tonnya adalah sampah plastik.
“Sampah plastik ini telah menjadi ancaman bagi lingkungan hidup yang berimbas pada kehidupan manusia karena sifatnya yang tidak dapat hancur dengan sendirinya dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk hancur secara alami, sehingga diperkirakan
pada tahun 2050, jumlah sampah plastik yang terendap di lautan akan lebih banyak ketimbang jumlah ikan,” ungkap Amperawan.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang Al Amin mengatakan rata-rata setiap hari Kota Padang menghasilkan 450 ton sampah. Jumlah itu bisa meningkat menjadi 600 ton pada saat musim buah-buahan dan hari besar Islam, seperti bulan Ramadan dan hari raya.
Al Amin melanjutkan, sampah-sampah tersebut terdiri atas sampah organik dan anorganik. Sampah berasal dari berbagai sumber, seperti rumah tangga, pasar, kantor, fasilitas umum, dan industri.
Mengingat tingginya produksi sampah di Kota Padang, pihak DLH Padang meminta kepada masyarakat untuk melakukan pemilahan sebelum membuang sampah ke tempat pembuangan sementara. Dengan demikian, tidak semua sampah yang dihasilkan tidak akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
“Kita harapkan masyarakat bisa memilah dulu sampah yang akan dibuang. Sehingga sampah yang sampai ke TPA benar-benar sampah yang benar-benar tidak berguna. Ingat TPA kita punya keterbatasan. Kapasitasnya paling tidak hingga 12 tahun lagi,” ujar Al Amin, Kamis (30/11/2017).