Padangkita.com - Gempa bumi yang menggetarkan Sumatera Barat, Jumat (1/9/2017) dinihari, paling dirasakan di Siberut. Pasalnya, pusat (episentrum) gempa berada di 57 km Timur Laut Muara Siberut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melansir, gempa tersebut merupakan gempa tektonik yang berkekuatan M (magnitudo) 6 pada kedalaman 59 km. Sehingga, seperti diungkapkan Bambang Sagurung, warga Sikabaluan, Siberut Utara, gempa begitu terasa kuat.
Alhasil, dikatakannya, sebagian besar warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi seperti perbukitan. Hal ini dilakukan karena momok tsunami yang membayangi mereka.
"Tadi malam ada beberapa warga menggungsi khususnya di Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara," ujar Bambang.
Dia menjelaskan, beberapa warga yang sempat mengungsi pada malam usai gempa rata-rata yang masih memiliki pondok pengungsian di Tamairang yang jaraknya dari Sikabaluan 3,5 km.
"Warga lainnya memilih untuk bertahan dipemukiman sambil bersiaga karena ada yang pondoknya dipengungsian yang rusak ditambah hujan usai gempa," sambungnya.
Di belahan lain Siberut, persisnya Di Dusun Betaet Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat, yang berhubung langsung dengan Samudera Hindia, Bambang mengatakan, warga langsung berlarian menuju perbukitan yang berjarak 1-2 km dari pemukiman.
Hingga detik ini, bilang Bambang, warga sudah kembali ke rumah masing-masing, namun mereka lantas membersihkan kembali pondok-pondok pengungsian di perbukitan untuk berjaga-jaga.
"Bertahan dipengungsian tidak, namun masyarakat mulai membersihkan kembali pondok-pondok pengungsian mereka yang masih ada," tukas Bambang.
Berdasarkan hasil monitoring BMKG selama satu jam tiga puluh menit, tercatat satu kali gempa susulan dengan Magnitudo 3,9.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Mochammad Riyadi menjelaskan, ditinjau dari kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempabumi ini termasuk dalam klasifikasi gempabumi dangkal akibat aktifitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia tepatnya di zona Megathrust yang merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudera Hindia sebelah barat Sumatra.
Konvergensi kedua lempeng tersebut, terangnya, membentuk zona subduksi yang menjadi salah satu kawasan sumber gempabumi yang sangat aktif di wilayah Sumatra.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dipenyesaran naik,” sebutnya.
Berdasarkan hasil analisis tingkat guncangan (shakemap) dan informasi masyarakat, intensitas gempabumi di Kepulauan Mentawai , Sumatera Barat adalah II SIG BMKG (V MMI) di Padang, Painan, Pariaman, dan Kepulauan Mentawai. Sedangkan di wilayah Bukit Tinggi dan Padang Panjang II SIG- BMKG (IV MMI).
Untuk wilayah Limapuluh kota, Tanah Datar, solok, Muko-muko, Bengkulu Utara II SIG- BMKG (II-III MMI), sedangkan di wilayah Kepahiang I SIG- BMKG (I-II MMI) Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat yang diterima BMKG bahwa gempabumi dirasakan cukup keras di daerah sekitar Kota Padang.