Padang, Padangkita.com – Masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) mesti terus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana gempa. Ini menyusul rentetan gempa yang terjadi Minggu (23/4/2023).
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, telah terjadi 6 kali gempa tektonik di laut yang masuk kawasan Megathrust Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat (Sumbar).
Gempa utama terjadi pada pukul 04.17.48 WIB dengan kekuatan Magnitudo (M) 6,1, pada episenter di Pantai Barat Sumatra. Jaraknya, 178 km Barat Laut Kepulauan Mentawai, Sumbar pada kedalaman 23 km.
Secara berurutan, inilah 6 rentetan gempa Megathrust Siberut yang terjadi sejak dini hari hingga pagi, Minggu (23/4/2023) sebagaimana dilaporkan BMKG:
- Pukul 0:09.45, M 5,9
- Pukul 4:17:48 M 6,1 (gempa utama)
- Pukul 5:21:09 M 3,9
- Pukul 5:23:56 M 4,6
- Pukul 6:11:17 M 4,7
- Pukul 6:35:55 M 5,2
Bahkan, disebut-sebut kekuatan gempanya bisa mencapai hingga Magnitudo (M) 8,9, dan memicu tsunami hingga 10 meter yang akan menyapu di Kota Padang dan wilayah pantai Barat Sumatra.
Dalam wawancara Padangkita.com dengan Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika BMKG Padang Panjang pada November 2020 lalu, potensi gempa besar pada Megathruts Mentawai bukanlah hal baru.
Isu itu, kata Mamuri yang menjabat Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika BMKG Padang Panjang waktu itu mengatakan, akan terus muncul berulang ketika terjadi gempa berturut-turut di wilayah sekitar Mentawai.
“Itu (prediksi gempa besar dan tsunami) bukan hal baru. Akan terus muncul ketika terjadi gempa berturut-turut. Namun, agar tidak membuat resah, tentu perlu penjelasan yang lengkap,” kata Mamuri.
Isu gempa besar yang memicu tsunami tersebut, lanjut dia, muncul lagi karena adanya gempa berturut-turut selama tiga hari yang dirasakan di wilayah Sumatra Barat (Sumbar). BMKG mencatat, gempa yang dirasakan itu terjadi tanggal 17, 18 dan 19 November 2023.
Namun demikian, kata Mamuri, gempa berturut-turut justru mesti disyukuri. Sebab, lanjut dia, gempa-gempa yang hanya dirasakan dan tidak sampai merusak, dapat mengurangi energi besar yang tersimpan pada lempeng Megathtrust Mentawai.
“Mestinya disyukuri, mudah-mudahan gempa berturut-turut itu memang mengurangi energi besar yang tersimpan,” ujar Mamuri.
Soal kemungkinan gempa besar hingga Magnitudo 8,9 dan memicu tsunami, Mamuri dengan hati-hati menyebut, hal itu merupakan skenario terburuk. Menurut Mamuri, potensi gempa besar dan tsunami sebagaimana analisa sejumlah peneliti, memang ada. Namun, soal kepastiannya tetap tidak ada yang bisa memastikan.
“Ini sudah lama dibahas. Potensi itu memang ada. Cuma, apakah memang seperti itu yang bakal terjadi? Itu pun kalau energi besar itu dilepaskan dalam sekali gempa. Makanya, kita berharap mudah-mudahan gempa-gempa selama ini mengurangi energi besar itu,” ujar Mamuri.
Baca juga: Ingatkan Potensi Gempa Megathrust Mentawai, Kepala BNPB Minta Masyarakat Siaga Hadapi Bencana
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak perlu resah apalagi panik, tetapi tetap dengan sikap waspada jika terjadi gempa. Sebab, hingga saat ini, kata Mamuri, belum ada orang atau teknologi yang bisa memastikan kapan terjadi gempa dan berapa besar kekuatan gempa yang bakal terjadi. [*/pkt]