Foto : "Pembantaian" Harimau Sumatera oleh Orang-Orang Belanda di Pesisir Selatan

Foto : "Pembantaian" Harimau Sumatera oleh Orang-Orang Belanda di Pesisir Selatan

E.G.A. Lapré (Controleur di Painan) dan anaknya Freddy bersama seekor harimau yang telah mati. Harimau tersebut ditembak di kawasan Tambang di Painan. Foto tertanggal 18-11-1937. (Foto : kitlv.nl)

Padangkita.com - Harimau Sumatera saat ini adalah satwa langka yang dilindungi undang-undang. Keberadaannya kini masuk klasifikasi satwa kritis yang terancam punah. Populasinya diperkirakan hanya tinggal 400 hingga 500 ekor. Perburuan Harimau Sumatera dinilai salah satu sebab populasinya berkurang. Tak salah jika para pemburu satwa langka ini diancam dengan jerat hukum yang tinggi.

Perburuan Harimau Sumatera telah berlangsung sejak lama. Bahkan sejak zaman Hindia Belanda. Saat itu banyak Harimau Sumatera yang mati, karena menjadi salah satu target utama, terutama pemburu asal negeri Belanda.

Dengan menggunakan senapan, kucing besar itu dikejar dan ditembak. Masa itu, hanya orang-orang Belanda yang memiliki senapan.

Dari KITLV Digital Media Library, situs yang mengoleksi foto digital repro dari foto-foto tempo dulu milik orang-orang dan Pemerintah Belanda di Indonesia, (22/8/2017), Padangkita.com menemukan beberapa dokumentasi "pembantaian" Harimau Sumatera oleh orang Belanda di Pesisir Selatan.

Salah seorang "pembantai" itu adalah E.G.A. Lapré, seorang Controleur (penanggungjawab wilayah) di Painan.

Dari foto-foto di KITLV tersebut, ditemukan beberapa foto E.G.A. Lapré sedang berpose dengan harimau buruannya yang telah mati. Pada bagian judul foto juga dilengkapi berbagai keterangan, terutama lokasi harimau ditembak, serta waktu foto diambil, pada 1933 hingga 1938.

Berdasarkan dokumentasi KITLV itu, E.G.A. Lapré ternyata tidak hanya mendokumentasikan dirinya bersama Harimau Sumatera, namun juga dengan satwa lainnya yang juga telah mati ditembak. Ada rusa dengan tanduk cabang, burung berpelatuk besar, burung sayap lebar (diperkirakan elang), dan babi hutan.

Beberapa foto menunjukkan beberapa pose harimau yang diperlakukan secara tidak layak. Harimau yang telah mati ditembak, didirikan dengan kayu penyangga, sehingga terkesan masih hidup. Bahkan pada beberapa foto, terlihat E.G.A. Lapré berpose dengan tersenyum bersama harimau yang disangga kepalanya dengan kayu. Ada juga E.G.A. Lapré yang berpose bersama harimau mati dengan mengajak istri dan anaknya yang bernama Freddy.

Berikut beberapa foto E.G.A. Lapré yang dilansir Padangkita.com dari KITLV.

Baca Juga

Kisah Azwar Pembuat Tabuik Pasa yang Berbiaya Rp200 Juta, Bermula dari Penabuh Gendang Tasa
Kisah Azwar Pembuat Tabuik Pasa yang Berbiaya Rp200 Juta, Bermula dari Penabuh Gendang Tasa
Si Jek Tukang Cukur
Si Jek Tukang Cukur
Poros Utama Pilwako Padang
Poros Utama Pilwako Padang
Pilkada Sumbar dan Tantangan Relasi Pusat - Daerah
Pilkada Sumbar dan Tantangan Relasi Pusat - Daerah
Panjang Jalan Provinsi yang Rusak Berat di Sumbar 406,66 Km, Ini Rincian Per Daerah
Panjang Jalan Provinsi yang Rusak Berat di Sumbar 406,66 Km, Ini Rincian Per Daerah
Tol Padang – Pekanbaru Menembus Perut Bukit Barisan, Bagaimana Keamanan Terowongan Tol?   
Tol Padang – Pekanbaru Menembus Perut Bukit Barisan, Bagaimana Keamanan Terowongan Tol?