Padang, Padangkita.com - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumbar, Ardi Andono mengungkapkan, konflik antara manusia dengan harimau dalam beberapa tahun belakangan ini cenderung meningkat.
Dalam rentang waktu tahun 2005 hingga 2016, untuk wilayah Sumatra tercatat terjadi 1.065 konflik dengan 130 ekor harimau mati.
"Khusus untuk Sumbar, sejak 2005 hingga 2016, terdapat 69 kejadian, dengan 14 ekor harimau mati," beber Ardi saat talkshow, pameran foto serta peluncuran buku Mitigasi Konflik Manusia - Harimau Sumatra, dengan tema "Nagari Ramah Harimau" di ZHM Premiere Padang, Kamis (13/1/2022).
Dia juga mengungkapkan, konflik antara manusia dan harimau khusus untuk wilayah Sumbar dalam waktu setahun terakhir ini masih terbilang tinggi. Tahun 2021 ini tercatat 44 kali konflik, terakhir yang berhasil dievakuasi harimau betina usia 3 tahun, di Agam dan sekarang sudah berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (RHSD).
Dia meminta semua pihak terlibat dalam pelestarian khususnya harimau sumatra (Panthera Tigris Sumatrae). Diketahui, kucing besar asal Sumatra tersebut masuk dalam status langka dan menjadi satu-satunya sub spesies harimau yang tersisa setelah punahnya harimau jawa dan harimau bali.
Baca Juga : Tim BKSDA Patroli Beberapa Hari Pantau Harimau Sumatra di Salareh Aie Agam
Dalam kegiatan ini juga digelar talkshow yang menghadirkan narasumber Wagub Sumbar Audy Joinaldy, Sekretaris Dirjen KSDAE Suharyono, Kadishut Sumbar Yozarwardi, Ketua PORBBI Sumbar Verry Mulyadi, serta akademisi dari Universitas Andalas, dan Universitas Indonesia.
Selanjutnya, peluncuran buku ditandai dengan pembukaan kain selubung cover buku oleh Wagub Audy didampingi Sekretaris Dirjen KSDAE, Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur, Wakil Bupati Pasaman Sabar HS dan Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono. [*/isr]