Musala di Kawasan Angker Galoga: Ubah Ketakutan Menjadi Keteduhan

Musala di Kawasan Angker Galoga: Ubah Ketakutan Menjadi Keteduhan

Musala Babusalam Al-Atar yang berdiri di kawasan Galoga, Padang Ganting kini jadi persinggahan bagi pengendara yang melintas di kawasan tersebut. [Foto: Padangkita]

Batusangkar, Padangkita.com - Kawasan Galoga yang terletak di Jorong Taratak 12, Kenagarian Atar, Kecamatan Padang Ganting sejak dahulu terkenal dengan kawasan angkernya.

Tidak hanya karena sering melintasnya hewan buas dan liar dan hewan melata, juga banyak menjadi buah bibir akan keangkeran mistisnya.

Namun, sejak setahun ini kawasan itu telah berubah menjadi lokasi ibadah dengan berdirinya Musala Babusalam Al-Atar.

Bagi warga Kecamatan Padang Ganting, Lintau Buo, Lintau Buo Utara, dan Tanah Datar umumnya, termasuk daerah tetangga seperti Sijunjung dan lainnya, keangkeran kawasan Galoga sudah menjadi bahan perbincangan sejak dahulunya, bahkan turun temurun.

Kawasan ini berada di tepi bukit barisan, tidak jauh dari perbatasan Nagari Talu, Kecamatan Lintau Buo, dan Nagari Atar, Kecamatan Padang Ganting. Kawasan ini terdapat aliran sungai Batang Tangkai, dan dikelilingi rimba dikiri kanannya.

Pada era tahun 80'an hingga setahun belakangan, sebelum adanya Musala Babusalam Al-Atar, kawasan ini masih takut untuk dilalui oleh pengendara. Terutama kawasan yang terdapat jembatannya.

Banyak kisah horor, mistis serta ditemukannya hewan liar dan buas termasuk ular golongan besar dijumpai oleh pengendara dan warga yang melintas. Terlebih pada era tahun 80 hingga awal 2000'an lalu.

Sebelum banyaknya kendaraan seperti saat ini, atau yang memiliki kendaraan masih dapat dihitung dengan jari, banyak sekali cerita yang beredar ditengah masyarakat dan menjadi bahan cerita kala itu di warung dan kedai dan menjadi konsumsi warga secara turun temurun akan keangkeran kawasan itu.

Cerita itu beragam, ada cerita yang pernah bertemu dengan mahkluk halus, ada juga yang bertemu hewan buas dan hewan besar melata. Dari mulut ke mulut cerita itu berkembang, hingga kawasan ini terkenal takut untuk dilalui.

Kawasan atau jalan ini merupakan akses untuk dilalui oleh pengendara dari Daerah Lintau ke Batusangkar, ataupun oleh warga Sijunjung, Dharmasraya ke Batusangkar, ataupun sebaliknya.

Namun, sejak tahun lalu tepatnya sesudah lebaran, kawasan ini sudah dibangun tempat ibadah atau mushollah berukuran 20x10 meter.

Sejak bisa dipakai untuk beribadah, banyak warga yang dahulunya takut sekarang merasa lega, bahkan sengaja berhenti di mushollah itu untuk beribadah dan beristirahat.

Pembangunan tempat ibadah itu dibangun secara swadaya oleh warga Atar melalui beberapa pengurus. Dengan modal awal hanya 500 ribu rupiah, pembangunan dimulai dengan swadaya dan sumbangan di jalan.

Muslim Datuak Joban didampingi pengurus lapangan Musala Babusalam Al-Atar lainnya Anton mengatakan, salah satu tujuan dibangunnya musala di kawasan itu memang untuk membantu pengendara agar tidak takut lagi melintasi kawasan itu.

"Setelah disepakati, maka dimulailah pembangunan pada tahun lalu setelah lebaran, tujuannya selain tempat ibadah, agar kawasan ini ramai dan tidak ditakuti lagi, " ujar Muslim saat dijumpai di lokasi, Senin (11/3/2024) sore lalu.

Menurutnya, memang kawasan itu sejak dahulu dikenal angker dan menjadi pembicaraan oleh warga. Tidak hanya oleh warga Atar sendiri, namun juga oleh warga dari daerah lainnya.

"Banyak dahulu cerita-cerita mistis dan angker akan tempat ini, ada juga yang berjumpa hewan buas dan berbisa, " ujarnya.

Pembangunan tempat ibadah itu dilakukan di atas tanah milik Haji Geren yang dihibahkan untuk lokasi pembangunan.

"Sejak dibangun, ada saja sumbangan berbentuk barang yang datang, tapi kita tidak tahu dari siapanya, karena setiap ditanya hanya dari Hamba Allah, " terang Muslim.

Meski telah dibangun tempat ibadah, namun angker lokasi tidak serta merta langsung hilang bergitu saja. Muslim sendiri yang menetap dan tidur di bedeng samping Musala sudah enam kali bertemu ular besar di kawasan itu.

"Beberapa diantarnya ada yang dibunuh, dan ada juga yang ditangkap. Bahkan permah sekira jam 02.00 WIB malam, pernah ada ular panjang lebih 10 meter dan besar lebih kurang sebesar tiang listrik, karena saya sendiri saya biarkan saja, tapi sekarang sudah jarang muncul, tidak tahu kemana perginya, mungkin masuk ke dalam rimba," ujarnya.

Pembangunan musala di desain dan dikerjakan oleh seorang tukang dibantu warga untuk goro. Sejauh ini pembangunan musholah bagian dalam sudah bisa dipakai untuk tempat ibadah, sisanya tinggal bagian luar.

Musala ini dijaga setiap hari terutama kebersihan sampah dan lingkungan kawasan itu yang sekarang diterangi.

Selama dibangun, lokasi ini kerap disinggahi oleh pengendara dari luar daerah yang melintas, selain beribadah juga dimanfaatkan untuk beristirahat, terutama pengendara dari daerah Medan, Jambu, Palembang.

Baca Juga: Dulu Dianggap Jalur Ekstrem, Kini Jalan Menuju Kawasan Air Dingin Mulus dan Lapang

"Rencana ke depan nantinya ingin kita bangun seperti lokasi rest area, ada kedai dan tempat istirahat serta lokasi parkirnya, " tukas Muslim. [djp]

Baca Juga

Jalinan Sinergi dan Kenangan Manis Warnai Malam Pisah Sambut Dandim 0307 Tanah Datar
Jalinan Sinergi dan Kenangan Manis Warnai Malam Pisah Sambut Dandim 0307 Tanah Datar
Bupati Serahkan Piala Adipura kepada DPRD: Simbol Penghargaan untuk Rakyat
Bupati Serahkan Piala Adipura kepada DPRD: Simbol Penghargaan untuk Rakyat
Tanah Datar Raih Piala Adipura Ketujuh Kalinya: Bukti Konsistensi Kebersihan dan Keindahan
Tanah Datar Raih Piala Adipura Ketujuh Kalinya: Bukti Konsistensi Kebersihan dan Keindahan
4 Rumah Gadang dan 2 Hunian Warga di Tanah Datar Ludes Terbakar
4 Rumah Gadang dan 2 Hunian Warga di Tanah Datar Ludes Terbakar
Ribuan Masyarakat Tanah Datar Tumpah Ruah Menyaksikan Pawai Alegoris
Ribuan Masyarakat Tanah Datar Tumpah Ruah Menyaksikan Pawai Alegoris
Seratusan Balon Wali Nagari di Tanah Datar Jalani Seleksi
Seratusan Balon Wali Nagari di Tanah Datar Jalani Seleksi