"Kami hanya ingin sampaikan unek-unek kami, ingin curahkan keluh-kesah kami, agar hal serupa tak terulang lagi. Biarlah kami yang menerima kenyataan seperti ini, jangan sampai kawan-kawan yang lain menjadi korban janji manis IMTC," ungkap mereka.
Sementara itu, pihak yang diajak untuk kerjasama untuk menyelenggarakan kegiatan itu juga mengaku kecewa. Salah satunya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pasaman Barat.
Ketua PGRI Pasaman Barat, A. Maulana Lubis mengatakan, pihak IMTC tidak bertanggung jawab melaksanakan acara tersebut.
Selain kacaunya pelaksanaan webinar, narasumber yang dihadirkan juga tidak sesuai. Lalu, uang sewa untuk tempat acara juga belum dibayarkan.
Apalagi, PGRI ikut andil dalam penyelenggaraan kegiatan itu. PGRI, kata Maulana, merasa malu atas apa yang telah dilakukan IMTC.
"Rencananya, ini akan kami laporkan kepada Bupati. Kami akan jelaskan kepada bupati seluruhnya, sampai keuangannya. Kami protes kepada IMTC sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan acara ini," ujarnya.
Lalu, Kepala Bagian (Kabag) Umum Sekretariat Daerah (Setda) Pasbar, Faisal juga membenarkan bahwa pihaknya hingga saat ini belum menerima pembayaran retribusi pemakaian gedung balairung untuk acara IMTC itu.
"Kami juga meminta agar hal itu segera diselesaikan, sebab itu menyangkut PAD Pasaman Barat," katanya.
Dituding Penipu dan Acara Hanya Modus untuk Cari Keuntungan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aliansi Masyarakat Bersatu Pasaman Barat (AMB-PB) juga ikut bersuara terkait pelaksanaan seminar nasional berbayar di Pasaman Barat itu.
Ketua LSM AMB-PB, Yuheldi mengatakan, bahwa lukanya hati para guru yang mengikut seminar itu juga telah melukai semua elemen masyarakat yang ada di Pasaman Barat.