Meninggalnya Ang Eng Lay Kepala Komunitas China di Padang

Langgam Terbaru: Kampung China di Padang - Ang Eng Lay Kapitein der Chineezen

Kampung China di Padang. (Foto: Dorotheo, Fr. M/Universiteitleiden)

Setelah Ang Eng Lay selaku Kapitein der Chineezen di Padang meninggal dunia, jabatan itu kemudian dipangku oleh Gho Soen Tong. Kini, jabatan itu seperti tinggal kenangan.

Padangkita.com - Kapitein der Chineezen di Padang, Ang Eng Lay meninggal dunia di minggu akhir bulan Desember 1939. Kabarnya Kapten China itu meninggal karena sakit ginjal.

Berita kematian Ang Eng Lay itu dimuat oleh surat kabar De Sumatra Post (Medan) pada 30 Januari 1939 silam.

Menurut sumber, pada zaman kolonial, Kapitein de Chineezen merupakan jabatan yang cukup prestisius di Hindia Belanda.

Kapitein de Chineezen itu sendiri artinya Kapten China yang bertugas mengepalai komunitas orang China/Tionghoa di kota-kota Hindia Belanda.

Bahkan di kota-kota besar dengan jumlah komunitas orang Tionghoa yang lebih besar seperti Surabaya, Medan, dan sebagainya, jabatan itu dibuat setingkat lebih tinggi, yaitu Majoor der Chineezen (Mayor Tionghoa).

Jabatan Kapitein der Chineezen ini membawahi jabatan ‘Luitenant der Chineezen’.

Sementara di Padang, jabatan Kapitein der Chineezen ini ada sejak abad ke-18. Pada mulanya, karena jumlah orang Tionghoa di Padang relatif sedikit, jabatan di kota itu hanya setingkat Luitenant der Chineezen. Meski begitu jabatan itu pernah juga sampai ke tingkat Majoor der Chineezen.

[jnews_carousel_1 number_post="3" exclude_post="31453" include_category="30"]

Jabatan Kapitein der Chineezen itu sendiri dipegang oleh orang Tionghoa yang terkemuka, lebih sering dari kalangan pedagang terkemuka daripada yang intelektual.

Lamanya masa jabatan Kapitein der Chineezen itu sendiri tidak tentu, tergantung kepada interest otoritas kolonial Hindia Belanda setempat.

Dilansir laman blog Filolog sekaligus pengajar Universitas Leiden Belanda, Suryadi, misalnya pada akhir Desember 1892 silam jabatan Kapitein China di Padang diserahterimakan dari Lie Khong Teek kepada Lie Khong Hoan yang sebelumnya menjabat sebagai Luitenant der Chineezen di kota itu (Java-Bode, Batavia, 01-02-1893).

Sebelum itu, pada bulan Juni 1885, diangkat Kapitein der Chineezen yang baru di Padang, yakni Lim Siauw Soen yang sebelumnya juga menjabat sebagai Luitenant der Chineezen di kota itu (De Locomotief, 10-06-1885).

Sebelum Lie Khong Teek, jabatan Kapitein China di Padang dipegang oleh Lie Saay tapi dengan pangkat terakhir Majoor - Titulair der Chineezen.

Kota Padang sebagai kota pelabuhan dan kota perdagangan terpenting di Sumatra Westkust (pantai barat Sumatra) memang sudah lama menjadi tujuan migrasi orang China dari Tiongkok.

Akan tetapi, memasuki dekade-dekade pertama abad ke-20, Padang mulai mundur karena kehadiran kompetitor kota Medan dengan pelabuhan Belawan-nya.

Kembali ke kabar kematian Ang Eng Lay tadi, menurut berita yag beredar, kematiannya disebabkan karena sakit ginjal.

Begini bunyi surat kabar De Sumatra Post waktu itu.

“AAN NIERZIEKTE OVERLEDEN.
Aneta seint uit Padang, dat de kapitein der Chineezen Ang Eng Lai, een te Padang bekende handelaar in boschproducten aan een nierziekte is overleden. Hij was dezer dagen voornemens naar Batavia te gaan voor geneeskundige hulp.”

Berikut terjemahan bebas laporan tersebut.

MENINGGAL KARENA PENYAKIT GINJAL.

[Kantor berita] Aneta mengabarkan dari Padang bahwa Kapitein (Kapten) China Ang Eng Lai, seorang pedagang hasil-hasil hutan yang terkenal di Padang, telah meninggal dunia karena penyakit ginjal. Hari-hari terakhir ini ia bermaksud pergi ke Batavia untuk mendapatkan bantuan medis.”

Waktu pasti mengenai kematiannya tidak diketahui tapi diperkirakan dalam minggu akhir bulan Desember 1938.

Jenazah Ang Eng Lay pun dikebumikan pada hari Minggu 12 Februari 1939 di Pemakaman China di Padang.

Kapitein der Chineezen itu dilepas dengan upacara kebesaran dengan iringan musik militer. Pemakaman itu turut dihadiri oleh de resident, civiele en militaire autoriteiten van hoog tot laag en notabelen van alle bevolkingsgroepen.

Setelah kematiannya, jabatan tersebut untuk sementara dipegang oleh Lie Tek Beng. Tidak lama setelah itu, pengganti Ang Eng Lay pun segera dicari dan pada minggu kedua Februari 1939 muncul dua kandidat yang dinominasikan.

Kedua kandidat itu yaitu Gho Soen Tong, Direktur N.V. Handel Maatschappij Gho Goan Thee dan Lie Tek Beng, Direktur Firma Gho Leng.

Pada akhir Agustus 1939, atas persetujuan otoritas kolonial Hindia Belanda di Sumatra’s Westkust terpilihlah groothandelaar (pedagang besar) Gho Soen Tong.

Terkait lamanya Gho Soen Tong menjabat sebagai Kapitein Tionghoa di Padang belum diketahui. Akan tetapi, menjelang kemerdekaan Indonesia tahun 1945 sangat besar kemungkinan bahwa ia adalah satu di antara orang-orang terakhir yang memegang jabatan ini di Padang sebelum dihapus. Begitu juga di kota-kota lainnya. (*/pk-27)


Baca tulisan Langgam lainnya hanya di Padangkita.com.

Tag:

Baca Juga

Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Hari Ini 1926, Padang Panjang Luluh Lantak Dihoyak Gempa dan Danau Singkarak Tsunami
Hari Ini 1926, Padang Panjang Luluh Lantak Dihoyak Gempa dan Danau Singkarak Tsunami
Mengenal Sosok Friedrich Silaban Perancang Masjid Istiqlal Jakarta
Mengenal Sosok Friedrich Silaban Perancang Masjid Istiqlal Jakarta
Kenduri Sko, Cara Masyarakat Kerinci Awetkan Naskah Melayu Tertua Berusia Hampir 600 Tahun
Kenduri Sko, Cara Masyarakat Kerinci Awetkan Naskah Melayu Tertua Berusia Hampir 600 Tahun
Menguak Literatur Kerajaan Jambu Lipo: Berdiri Sejak Abad ke-10 Tetap Eksis hingga Sekarang
Menguak Literatur Kerajaan Jambu Lipo: Berdiri Sejak Abad ke-10 Tetap Eksis hingga Sekarang
Lubuk Basung, Padangkita.com - Museum Buya Hamka di Kabupaten Agam meraih peringkat kedua API Award 2021 untuk kategori situs sejarah.
Museum Buya Hamka Raih Peringkat Kedua API Award 2021