“Tawaran Bangladesh ini tentu harus kita ambil. Kalau tidak, nanti sudah pasti kompetitor yang akan mengisi,” ujar Asri lulusan Sarjana Teknik Elektro Arus Kuat dari Institut Teknologi Bandung (ITB) 1989.
Lalu, yang membuat wajah Asri Mukhtar makin cerah adalah kembalinya pasar nasional yang sempat diisi oleh perusahaan lain dari Semen Indonesia Group (SIG).
“Pasar yang dulu sempat diisi perusahaan lain, dikembalikan ke kita,” ujar Asri Mukhtar.
Pasar tersebut adalah wilayah Sumatra Utara (Sumut), Jambi, dan Bengkulu.
“Paling besar adalah Pasar Sumatra Utara. Jumlahnya bisa mencapai 600 ribu ton per tahun,” terang Asri Mukhtar yang sempat mengonfirmasi data ke Iskandar Zulkarnain Lubis.

Diskusi Dirut PT Semen Padang bersama sejumlah pemimpin media. [Foto: Dok. Adrian Tuswandi]
Jumlahnya juga tak sedikit. Dalam hitung-hitungan Asri Mukhtar, kebutuhan semen untuk membangun jalan tol, sekitar 1.200 ton per kilometer.
“Tinggal hitung saja, berapa kilometer lagi yang akan dibangun,” ujar pria yang lulusan cum laude Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Berdasarkan laporan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pada Maret 2023, progres konstruksi Jalan Tol Padang – Sicincin baru mencapai 32,11% dari total panjang 36 km.
Masih pasar di Sumbar, Semen Padang kemungkinan besar juga memasok kebutuhan semen untuk pembangunan pertokoan Fase VII Pasar Raya Padang, yang rencananya mulai dibangun tahun 2023 ini.
Meski begitu, saat ini, lanjut Asri Mukhtar, kondisi PT. Semen Padang memang masih berat. Manajemen berusaha keras bertahan memproduksi dan memasarkan produk minimal 70 persen dari utilitas pabrik.
Dengan 5 pabrik yang aktif, kapasitas produksi PT. Semen Padang mencapai 8,9 juta ton per tahun.
“Meski kondisi masih berat, tapi tidak ada PHK karyawan di Semen Padang. Ini perlu dicatat!” Khairul Jasmi menekankan.
Jika sempat anjlok di bawah 70 persen, maka sudah pasti dampaknya sangat buruk terhadap semua usaha turunan, dan ekonomi Sumatra Barat (Sumbar).