Alek Minang Pertama di Paris Prancis, Ada Sosok Diaspora di Balik Pelaminan

Alek Minang Pertama di Paris Prancis, Ada Sosok Diaspora di Balik Pelaminan

Pernikahan dengan alek Minang pertama di Paris, Prancis. [Foto: Dok. Wulan untuk Padangkita]

Padang, Padangkita.com - Ruangan restoran Châlet des Îles Daumesnil yang berlokasi di tengah Danau Daumesnil, Paris, Prancis mendadak menjadi pelaminan Minang yang megah.

Dekorasinya penuh pernah-pernik bercorak emas yang berkilau dipantulkan cahaya. Maklum, saat itu, Sabtu (11/9/2021) pukul 18.30 waktu setempat, tengah berlangsung pesta perkawinan warga negara Indonesia, Dita yang asal Minangkabau dengan Vincent yang warga Prancis.

Saluang, alat musik tiup Minang, mengalun syahdu membuka acara tersebut. Seiring saluang bertiup, mempelai pria dan wanita beserta pengiringnya memasuki ruangan disambut tepuk tangan puluhan tamu yang hadir.

Kedua mempelai mengenakan busana khas Minang dengan ciri khas warna merah dan bercorak keemasan.

Mempelai wanita memakai suntiang (sunting) dan bermacam perhiasan berwarna keemasan. Tubuhnya berbalut baju longgar berbahan beludru berwarna merah dengan pinggir sulaman emas.

Adapun mempelai pria memakai jas pendek terbuka, juga dari beludru berwarna merah dan bersulam emas. Di kepala, dipakai saluak berbahan tenun songket.

Sesaat setelah kedua mempelai memasuki ruangan, mereka disambut dua orang penari yang memainkan tari pasambahan diiringi musik talempong dengan suara khas bertalu-talu.

Tak lupa, para penari menyuguhkan sirih dalam carano kepada kedua mempelai. Sementara itu, pembawa acara menyampaikan pasambahan dalam dua bahasa, Minang dan Prancis. Berikutnya, kedua mempelai duduk di pelaminan.

Demikian sekilas pesta pernikahan warga negara Indonesia asal Minang di Paris itu berlangsung.

Diaspora Minang di Prancis

Dita, sang pengantin perempuan, adalah salah seorang diaspora Minang di Paris, Prancis. Di balik terselenggaranya pesta perwakinannya, juga ada sosok diaspora Minang lainnya, Wulan Panyalai Chaniago.

"Kami bagian dari keluarga Minang Prancis yang jumlahnya sekitar 50 orang," ujar Wulan Panyalai Chaniago kepada Padangkita.com, Rabu (22/9/2021).

Wulan berkata, pesta perkawinan dengan adat Minang itu merupakan kali pertama terselenggara di Paris.

"Ini yang pertama. Belum pernah ada masyarakat Minang di Paris sebelumnya membuat pesta perkawinan dengan adat Minang," ujarnya.

Image Attachment

Sebagai sesama diaspora Minang, Wulan berhubungan dekat dengan Dita, sang pengantin perempuan. Dirinyalah yang menyarankan kepada Dita untuk membuat perkawinan dengan adat Minang.

"Allhamdulilah jodohnya sampai. Dia menghubungi saya. Dia ingin pesta ini menjadi kejutan buat keluarga suami dan koleganya," lanjut Wulan.

Wulan adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah menetap 20 tahun di Paris. Ia juga bekerja sebagai aide soignant, yakni perawat lansia.

Mengelola event bagi Wulan, hanya kerja sampingan saja. Selain pesta perkawinan, ia juga beberapa kali mengadakan pagelaran budaya Minang.

"Masyarakat Minang di Paris tidak banyak. Namun, kami sering membuat acara pagelaran budaya Minang bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) atau organisasi lainnya," jelas Wulan.

Wulan mengaku sudah terlibat dalam mengelola event yang berkaitan dengan diaspora Minang di tiga negara Eropa, seperti Den Haag dan Utrecht (Belanda), Antwerp (Belgia), serta Frankfurt, Hamburg, Berlin, dan Arnstadt (Jerman).

"Motivasi saya adalah untuk mempromosikan budaya Minang sebagai bagian kekayaan budaya Indonesia di Paris. Orang di sini sangat menghargai budaya yang majemuk," tutur Wulan.

Dalam menjalankan berbagai event, ia mengupayakan sendiri properti yang diperlukan seperti baju adat, pernak-pernik, dan dekorasi lainnya.

Kiprah Wulan Panyalai Chaniago

Wulan berkisah, ide untuk membuat alek atau pesta Minang di luar negeri berawal dari silaturahmi diaspora Minang yang digagas oleh Gebu Minang Eropa di Paris pada 31 Oktober 2015.

Dalam pertemuan itu, terbersit pikiran bagaimana melangsungkan event khusus memperkenalkan adat dan budaya Minang seperti mengadakan pesta pernikahan lengkap dengan pelaminan.

"Namun, persoalannya adalah bagaimana membuat properti pelaminan tersebut. Jika dipesan dari dalam negeri, bagaimana cara membawanya? Tentu butuh biaya yang besar," kata Wulan.

Oleh sebab itu, Wulan berinisiatif mengumpulkan sendiri properti pelaminan Minang setiap kali ia pulang ke Indonesia.

Image Attachment

"Setiap pulang ke Indonesia, minimal sekali setahun, saya bawa properti. Sedikit demi sedikit," lanjutnya.

Wulan Panyalai Chaniago lahir di Bukit Kemuning, Lampung Utara pada 29 Juli 1971. Kedua orang tuanya adalah perantau Minang asal Padang Pariaman. Ayahnya asal Balah Aia, Nagari Pakandangan sedangkan ibunya asal Parit Pontong. Nagari Toboh Ketek.

"Walaupun di rantau, orang tua sering memberikan saya penjelasan mengenai adat dan budaya Minang. Kami juga sehari-hari berbahasa Minang," beber Wulan.

Keluarganya hanya kalangan biasa. Setelah menamatkan pendidikan menengah, ia memutuskan merantau mencari pekerjaan.

"Sebelum ke Paris, saya sempat mengadu nasib di Jakarta dan Surabaya," katanya.

Pada tahun 2001, ia menginjakkan kaki di Paris, Perancis. Di sana, ia menikah dan berkeluarga.

"Hidup di Paris membutuhkan proses yang panjang dalam beradaptasi," lanjut Wulan.

Kecintaan kepada budaya Minang tetap ia bawa saat ia merantau di Paris.

"Saya merasa memiliki kewajiban memperkenalkan kebudayaan Indonesia di Paris," katanya.

Bagi Wulan, memperkenalkan budaya Indonesia ke mancanegara  adalah kebanggaan tersendiri. Meskipun, ada pihak yang tidak mendukung atau bahkan menentangnya.

Ia mengaku banyak terinspirasi dari Ely Kasim, penyanyi Minang legendaris yang juga mengurus pelaminan Minang.

Baca juga: Kisah Perempuan 4 Anak Asal Sungayang Sumbar Menikah dengan Bule Australia

"Uni (Ely Kasim) pernah berpesan, ide apapun yang ada di pikiran Wulan, keluarkan. Jangan pernah takut ditentang. Ditentang itu sementara, pada akhirnya orang akan meniru," ujar Wulan menirukan ucapan Elly Kasim. [den/pkt]

Baca Juga

Pelantikan Pengurus FASBANA, Pemko Ajak Lestarikan Adat Budaya di Kalangan Anak Muda
Pelantikan Pengurus FASBANA, Pemko Ajak Lestarikan Adat Budaya di Kalangan Anak Muda
Pembangunan Sumbar Era Prabowo dari Perspektif Kolaborasi Politik: 'Manjuluak' dan 'Maelo'
Pembangunan Sumbar Era Prabowo dari Perspektif Kolaborasi Politik: 'Manjuluak' dan 'Maelo'
Nobar Film 'Sadang di Bawah', Mahyeldi Dukung Industri Kreatif Lokal Minang
Nobar Film 'Sadang di Bawah', Mahyeldi Dukung Industri Kreatif Lokal Minang
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Roberia Apresiasi Seminar tentang Pendidikan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Minangkabau
Roberia Apresiasi Seminar tentang Pendidikan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Minangkabau
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi