Idlib, Padangkita.com - Selama lebih dari tiga tahun Rusia dan Turki telah melakukan pertempuran ‘bayangan’ di Tanah Suriah Utara. Turki berada pada posisi pendukung oposisi Suriah dan Rusia sebagai pendukung tegas pemimpin Suriah.
Dilansir dari theguardian, dalam tiga minggu terakhir pertempuran kian meledak. Turki mengarahkan senjata mereka pada rezim Assad sekutu Moskow, dan Rusia semakin mengayunkan serangan mereka ke arah militer Turki.
Dalam peperangan yang semakin membesar dengan proksi (bantuan pihak lain) ini, konflik yang langsung terjadi antara pemain utama yakni Rusia dan Turki justru yang dianggap sangat berbahaya.
Seperti yang terjadi Kamis (27/2/2020) malam, setidaknya 30 tentara Turki tewas akibat serangan udara dari Rusia, dan catat, hal ini terjadi di tanah Suriah, kedua pihak terlihat tak ada keinginan untuk saling mundur.
Baca juga: Kerusuhan di India Sekarang Lebih Menyeramkan daripada Tahun 1984
Keputusan kedua negara dalam mengambil langkah selanjutnya menentukan tahap akhir dari peperangan di Suriah.
Selain itu, langkah Turki dan Rusia juga menjadi penentu nasib lebih dari 3 juta orang warga yang putus asa terperangkap dalam serangan yang dipimpin Rusia dan perbantuan dari Turki tersebut.
Setelah serangan yang terjadi Kamis malam, Turki membuka jalan bagi warga Suriah untuk mengungsi ke Eropa. Ratusan pengungsi dikabarkan telah sampai di perbatasan Turki, namun terjadi penolakan dari Yunani dan Bulgaria.
Dua negara tersebut membuat blokade di sepanjang perbatasan Turki. Polisi Yunani menggunakan granat asap di satu persimpangan perbatasan, sementara Bulgaria mengirim 1.000 pasukan tambahan ke perbatasannya dengan Turki. (*/TRY).