Walau nasib kurang beruntung, Gio dan sesama anggota pukat tradisional akan tetap melanjutkan pengabdian mereka sebagai pemukat untuk menafkahi keluarga.
Kalau soal rezeki, kata Gio, melaut itu ibarat rezeki harimau, kadang tak menghasilkan apapun dan terkadang melebihi keinginan.
"Yang penting kita optimis saja. Ada usaha pasti ada rezekinya, Tuhan pun tak sia-sia terhadap hamba-Nya," tutunya.
Gio menambahkan, sistem bagi hasil menjadi anggota pukat tradisional berbeda dengan banyak pekerjaan lainnya. Sebut dia, dua puluh persen untuk bos atau yang punya pukat dan 80 persen lainnya dibagi bersama seluruh anggota pukat.
"Misalnya, hasil jual tangkapan ikan kita dapat Rp500 ribu, maka Rp100 ribu untuk bos pukat, Rp400 ribu kita bagi rata dengan enam orang anggota pukat. Seperti itu cara membaginya," jelasnya.
Harga Ikan di Pasar Melonjak Tajam
Akibat kurangnya hasil tangkapan nelayan, harga ikan, khususnya di Pesisir Selatan juga mengalami kenaikan sejak beberapa hari terakhir.
Rita, salah seorang ibu rumah tangga mengatakan, ikan segar harian yang dijual di pasar naik sekitar tiga puluh persen dari harga biasa.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan BBM untuk Melaut, SPBU untuk Nelayan Hadir di Pesisir Selatan
"Kadang pandai-pandai pedagang ikan saja yang menjualnya. Dijual dengan harga biasa, tapi jumlah ikan dikurangi. Ya, kita tetap beli, namanya kebutuhan," kataya. [nik/zfk]