Berita Pesisir Selatan hari ini dan berita Sumbar hari ini: Kisah para nelayan pukat tradisional di Pesisir Selatan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Painan, Padangkita.com - Terik panas matahari mulai menyegat, para nelayan pukat tradisional di Pesisir Selatan dengan cekatan menarik pukat yang telah mereka pasang sejak subuh.
Tak seperti biasa, kali ini tangkapan mereka dapatkan tidak begitu banyak, apalagi sejak seminggu terakhir.
Gio seorang nelayan pukat tradisional asal Batangkapas mengatakan, hasil tangkapan mereka beberapa hari belakangan memang sangat berkurang dan tidak terlalu memuaskan.
"Agak lemah sekarang pak. Satu keranjang saja sangat susah mendapatkan ikan, ditambah pula cuaca yang kurang baik, kadang memukat dan kadang tidak," ujarnya kepada Padangkita.com sambil melilit jaring ikan, Minggu (13/6/2021).
Menurut Gio, ia telah malakoni profesi sebagai pemukat tradisional sejak 20 tahun yang lalu.
Untuk memukat ikan, kata Gio, sudah dimulai sejak subuh hingga terik panas matahari menyegat tubuh.
Gio menjelaskan, tak ada jalan lain yang bisa dilakukan selain memukat demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Apalagi, kebutuhan hidup saat ini semakin meningkat. Jadi, katanya, ia harus bekerja keras membanting tulang untuk menafkahi keluarganya.
"Tak ada pekerjaan lain selain menjadi anggota pukat ini. Sudah 20 tahun saya lalui. Banyak suka dan duka jadi anak pukat," paparnya.
Saat ini, ucap Gio, hasil pukat sangat jauh menurun dari biasanya. Sebelumnya, satu hari memukat bisa menghasilkan uang senilai Rp150 sampai Rp250 ribu.
Namun, saat ini, sangat turun drastis, terkadang ikan yang didapat hanya bisa untuk dimasak di rumah.
"Turun drastis, kadang hanya dapat ikan untuk dimasak. Bayangkan saja, betapa penatnya pinggang dililit tali dan menarik jaring pukat hingga berjam-jam dan tak dapat uang," ulasnya.
Walau nasib kurang beruntung, Gio dan sesama anggota pukat tradisional akan tetap melanjutkan pengabdian mereka sebagai pemukat untuk menafkahi keluarga.
Kalau soal rezeki, kata Gio, melaut itu ibarat rezeki harimau, kadang tak menghasilkan apapun dan terkadang melebihi keinginan.
"Yang penting kita optimis saja. Ada usaha pasti ada rezekinya, Tuhan pun tak sia-sia terhadap hamba-Nya," tutunya.
Gio menambahkan, sistem bagi hasil menjadi anggota pukat tradisional berbeda dengan banyak pekerjaan lainnya. Sebut dia, dua puluh persen untuk bos atau yang punya pukat dan 80 persen lainnya dibagi bersama seluruh anggota pukat.
"Misalnya, hasil jual tangkapan ikan kita dapat Rp500 ribu, maka Rp100 ribu untuk bos pukat, Rp400 ribu kita bagi rata dengan enam orang anggota pukat. Seperti itu cara membaginya," jelasnya.
Harga Ikan di Pasar Melonjak Tajam
Akibat kurangnya hasil tangkapan nelayan, harga ikan, khususnya di Pesisir Selatan juga mengalami kenaikan sejak beberapa hari terakhir.
Rita, salah seorang ibu rumah tangga mengatakan, ikan segar harian yang dijual di pasar naik sekitar tiga puluh persen dari harga biasa.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan BBM untuk Melaut, SPBU untuk Nelayan Hadir di Pesisir Selatan
"Kadang pandai-pandai pedagang ikan saja yang menjualnya. Dijual dengan harga biasa, tapi jumlah ikan dikurangi. Ya, kita tetap beli, namanya kebutuhan," kataya. [nik/zfk]