Ibu tak pernah mengenal Islam
Ibunya tidak pernah mengenal Islam dan bukan Muslim, sering disindir oleh saudara-saudaranya karena tidak pernah melarang anak perempuan berjilbab.
Justru sang ibu mendukung dan merestui keputusannya. Saat itu dia hanya memberi tahu ibunya bahwa dia sedang
mempelajari Islam. Kemudian, sang ibu memeluknya dan berkata bahwa Felixia sudah semakin baik dan dewasa.
Di saat seorang mualaf biasanya dibuang atau disisihkan oleh keluarga, bahkan harus menyembunyikan identi tasnya. Felixia justru dirangkul oleh sang ibu.
Mungkin, jika ibu dan ayah tidak bercerai, dia akan bernasib sama dengan mualaf lain yang harus bersembunyi.
Tetapi, Allah Maha Mengetahui.
Orang tua bercerai dan jadi tulang punggung keluarga
Perceraian kedua orang tuanya merupakan sebuah hikmah baginya. Ibunya pun jauh lebih bahagia saat ini. Setelah kedua orang tuanya bercerai, Felixia terpaksa bekerja untuk bisa hidup mandiri dan menjaga adiknya. Setelah lulus SMP, dia mengadu nasib meninggalkan Ipoh dan pergi ke Kuala Lumpur.
Berbekal dengan uang 300 ringgit sebulan dia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Jika uang bulanannya habis, dia mencari pekerjaan sambilan.
Karena, tidak ingin membebankan ibu nya. Saat itu ibu Felixia hanya memiliki uang simpanan untuk adik-adiknya.
Selain itu, dia juga harus mencari uang tambahan untuk uang sekolah adiknya. Dia mulai memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Saat itu, dia tidak memiliki agama.
"Saya dibesarkan di keluarga yang tidak percaya kepada tuhan dan agama apa pun," kata dia.
Hingga, dia mengenal dunia modeling dan mulai mencari keberadaan Tuhan. Tapi, saat itu dia belum mengenal, apa itu Islam, seperti apaajarannya, siapa yang membawanya, dan apa yang membedakannya dengan agama lain.