Sawahlunto, Padangkita.com - Pegiat Wisata Heritage, Bayu Haryanto mengungkapkan perlu adanya mitigasi terkait dengan risiko kebencanaan yang akan terjadi.
Hal tersebut diungkapkan terkait dengan insiden terbakarnya warisan dunia, Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto, Kamis (3/11/2022).
Lebih lanjut ia menilai, mitigasi yang mesti dilakukan pemerintah tidak hanya kebakaran, namun juga resiko kerusakan akibat bencana alam.
"Ini sangat perlu diperhatikan, terlebih ini warisan dunia. Seluruh stakeholder harus komit untuk menjaga warisan dunia ini," ujarnya pada Padangkita.com.
Ia menambahkan, belum adanya strategi mitigasi bencana menyebabkan banyak bangunan cagar budaya dan bersejarah yang rusak dan rawan rusak terkena bencana.
Pendiri Komunitas Padang Heritage ini menilai, pemanfaatan bangunan cagar budaya untuk aktivitas memang tidak ada larangan, namun harus tetap menjaga pelestarian bangunannnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto dibangun sejak 1910 dengan nama Societeit Gluck Auf yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, olahraga, dan hiburan para pejabat tambang.
"Dikenal juga dengan nama Gedung Bola karena pernah jadi tempat bermain boling dan biliar para bangsawan eropa di Sawahunto kala itu." paparnya.
Pada Masa kemerdekaan Republik Indonesia, bangunan ini menjadi Gedung Pertemuan Masyarakat (GPM). Pernah pula menjadi Bank Dagang Negara (BDN) atau Bank Mandiri hingga awal tahun 2006.
Baca Juga : Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto Dilahap Si Jago Merah
"Baru pada tanggal 1 Desember 2006 Gedung ini diresmikan sebagai Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) Sawahlunto." pungkasnya. [hdp]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News