Keyakinan Islam masuk dari pantai timur Sumatera juga diutarakan filolog dari Universitas Andalas M. Yusuf.
Dia mendapati penyebaran naskah kuno (manuskrip) beraksara Arab Melayu dan bermuatan Islam yang begitu banyak di darek--Kabupaten 50 Kota, Tanah Datar, dan Agam dan bisa membandingkannya dengan Kepulauan Riau.
Hal lain, lanjut Yusuf, bahasa Mapat Tunggul (Pasaman), Bangkinang (Riau), sama dengan Limapuluh Kota. Daerah-daerah ini terhubung oleh sungai yang pada akhirnya bermuara di Selat Malaka.
Di samping itu, Yusuf melihat hubungan emosional dan kultural antara Minangkabau dengan negeri di timurnya, yakni sama Melayu.
“Kuat dugaan Islam masuk saat ramainya perniagaan di Selat Malaka abad ke-7. Saat itu, pedagang Arab dan penyebar Islam lainnya menyebar. Satu ke Semenanjung Malaya, dan satu lagi ke Riau dan berlanjur ke Minangkabau via sungai,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Secara budaya seorang yang menguasai ilmu agama di Minangkabau dipanggil orang Siak. Sementara yang lagi belajar Islam di surau dipanggi anak Siak.
Kata Siak, jelas merujuk pada sebuah kerajaan— sekarang juga nama kabupaten dan sungai di pinggir Selat Malaka, wilayah Provinsi Riau.
Pada suatu masa, jelas Yusuf, peradaban Minangkabau di pinggir sungai mencapai kejayaan karena menggeliatnya aktivitas perekonomian di jalur tersebut.
Sungai yang begitu riuh menjadi etalase utama perlintasan niaga antara lain, Sungai Kampar yang dipasok sungai seperti Sinamar, Mahat, Pangkalan, dan lainnya.
Sedikit ke Utara Minangkabau— Pasaman, mengalir deras sungai-sungai kecil yang menyatu menjadi Sungai Rotan.