Padangkita.com - Pantai timur Sumatera - Selat Malaka sudah sangat terbuka di abad 7 Masehi. Perniagaan berjalan deras, mempertemukan pedagang dari pelbagai bangsa.
Keriuhan perniagaan di pantai timur Sumatera pada masa itu, diperkirakan menjadi mula Islam berkembangan di nusantara. Islam yang dibawa oleh pedagang Arab dan Gujarat.
Sementara berdasarkan catatan sejarah, keramaian perniagaan pantai barat Sumatera baru terjadi di abad ke-15, ketika Portugis memonopoli pusat perdagangan di pantai timur, Malaka. Sehingga, kuat dugaan Islam merangsek ke Minangkabau melalui pintu timur.
Minangkabau di masa lalu, adalah pedalamanan Sumatera yang menghasilkan komoditi yang laris manis diperdagangkan.
Misalnya saja emas, yang banyak ditambang secara tradisional di kawasan Tanah Datar seperti yang dikisahkan William Marsden dalam buku Sejarah Sumatra.
Komoditi yang dihasilkan Minangkabau mengalir melalui sungai-sungai yang berhulu di gugusan Bukit Barisan, seperti Kampar, Rokan, Kuantan. Semua bermuara di Selat Malaka.
Lalu lintas pelayaran di sungai di masa itu, turut diramaikan juga oleh pegadang yang ingin mengakses langsung daerah penghasil komoditi tersebut.
Saudagar Arab langsung menelusuri sungai menggapai sumber utama di pedalaman Minangkabau.
Cukup banyak referensi yang mengatakan syiar Islam ke Minangkabau dari pantai timur. Seperti disinggung dalam buku Hamka berjudul Ayahku dan Azyumardi Azra dalam Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII.
Sangat masuk akal, karena bagaimana pun Islam dibawa oleh pedagang. Sehingga interaksi pedagang Arab dan Gujarat yang notabene telah Islam dengan orang Minang atau pun wilayah Minangkabau, menjadi biang panyebaran Islam.