Ini Penjelasan Dokter Zubairi Buat Penyuka Jengkol, Waspadai Jengkolan Alias "Dikabek Jariang" 

Ini Penjelasan Dokter Zubairi Buat Penyuka Jengkol, Waspadai Jengkolan Alias "Dikabek Jariang" 

Ilustrasi goreng jengkol. [Foto: Ist.]

Padang, Padangkita.com – Bagi orang Minang di Sumatra Barat (Sumbar) jengkol alias jariang sudah seperti menu yang wajib ada dalam setiap pesta pernikahan atau pesta lainnya. Ada yang digoreng, digulai atau dikalio.

Nah, selain rasanya yang banyak disukai dan manfaatnya, jengkol juga bisa menimbulkan penyakit yang bernama jengkolan. Di Sumbar orang menyebut penyakit ini “dikabek jariang”.

Baca juga: Jengkol Sumbar Diekspor ke Jepang, Iswan: Telah Penuhi Persyaratan

Melalui cuitan berseri di akun twitternya, dr. Zubairi Djoerban membagi ilmu tentang jengkolan ini. Zubairi yang juga Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini, menjelaskan tentang bagaimana jengkol bisa menyebabkan jengkolan dan bagaimana cara mengatasinya?

“Jengkol memang dianggap bisa mengangkat nafsu makan. Namun, makan jengkol juga berisiko. Sebab, jengkol mengandung asam jengkolat yang mudah mengkristal. Sehingga hal itu dapat mengakibatkan terbentuknya kristal jengkolat di ginjal sehingga menyumbat aliran air kencing,” ungkap Zubairi.

Soal berapa banyak makan jengkol yang menyebabka jengkolan, ia menyebutkan bahwa risiko jengkolan ini tidak tergantung banyaknya jengkol yang dikonsumsi. Tapi tergantung pada kerentanan tubuh seseorang.

“Orang yang rentan, mengonsumsi sedikit jengkol saja, maka dapat menyebabkan terjadinya jengkolan,” ulasnya.

Lalu, soa apa yang mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap asam jengkolat, sejauh ini kata Zubairi, memang belum jelas. Tapi, ia menduga akibat faktor genetik dan lingkungan.

“Yang jelas, jengkol yang tua itu mengandung lebih banyak asam jengkolat ketimbang jengkol muda,” tulisnya.

Apa saja gejala jengkolan?

“Gejala jengkolan yaitu sakit perut yang amat sakit (kram), sangat nyeri ketika buang air kecil, urin sedikit dan sering mengandung darah. Pada kasus berat, urine bisa tidak keluar sama sekali,” tulis Zubairi lagi.

Untuk mengatasi jengkolan, lanjut dia, seseorang harus diberi air soda. Diharapkan sifat basa dari air soda dapat menetralisir asam jengkolat.

“Selain itu, minum air putih dalam jumlah banyak juga baik. Tujuannya agar kristal jengkolat larut dan keluar bersama urine,” sarannya.

Ia mengingatkan, gejala ringan jengkolat juga harus diwaspadai. Sebab, jika penyumbatan air kencing terjadi terus menerus, maka akan berbahaya bagi ginjal.

Aliran urine yang tidak lancar mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih dan pembengkakan ginjal yang akhirnya berisiko gagal ginjal.

Baca juga: Hampir Semua Rumah Sakit di Sumbar Kekurangan Oksigen, Ventilator dan Tenaga Kesehatan

“Jika infeksi berlangsung lama, maka dapat menimbulkan kerusakan permanen pada ginjal.”  (*/pkt)

Baca Juga

Bundo Kanduang Jadi Garda Depan Pelestarian Adat Minangkabau di Lubuk Begalung
Bundo Kanduang Jadi Garda Depan Pelestarian Adat Minangkabau di Lubuk Begalung
Kunjungi Pusat Kerajinan Tenun di Kubang, Mahyeldi Dorong Pelestarian Songket
Kunjungi Pusat Kerajinan Tenun di Kubang, Mahyeldi Dorong Pelestarian Songket
Ilmuwan Muda Ini Emosi Masakan Padang Disebut Tidak Sehat, Tunjukkan Titik Masalahnya
Ilmuwan Muda Ini Emosi Masakan Padang Disebut Tidak Sehat, Tunjukkan Titik Masalahnya
GAIA Dental Clinic di 'Spelling Bee' Jadi Momen Orang Tua dan Anak untuk Peduli Kesehatan Gigi
GAIA Dental Clinic di 'Spelling Bee' Jadi Momen Orang Tua dan Anak untuk Peduli Kesehatan Gigi
FKMPI Sebut Mahyeldi-Vasko Bisa Angkat Budaya Minangkabau ke Level Internasional
FKMPI Sebut Mahyeldi-Vasko Bisa Angkat Budaya Minangkabau ke Level Internasional
Lubuk Begalung Lestarikan Tradisi Manjujai, Bangun Generasi Emas Minangkabau
Lubuk Begalung Lestarikan Tradisi Manjujai, Bangun Generasi Emas Minangkabau