Padang, Padangkita.com – PT Hutama Karya (Persero) melalui anak perusahaan PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) telah berkomitmen menuntaskan pembangunan Jalan Tol Padang – Sicincin dan semua seksi Jalan Tol Padang – Pekanbaru.
Untuk mempercepat pembangunan, HKI menerapkan teknologi terbaru dalam manajemen proyek, seperti Building Information Modelling (BIM). Teknologi ini telah dipakai HKI pada pembangunan sejumlah ruas Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS).
Menurut HKI dalam keterangan resminya, implementasi BIM pada proyek HKI telah dilakukan sesuai standar internasional dan dibuktikan dengan perolehan sertifikat ISO BIM 19650.
Kemudian, penerapan digital construction dilakukan secara komprehensif mulai dari penerapan 3D hingga 5D Model, penerapan Common Data Environment dan teknologi pendukung BIM seperti drone fotogrametri dan automatic leveling MMGPS.
Penggunaan alat auto level MMGPS Topcon telah diterapkan pada prroyek Jalan Tol Indralaya - Prabumulih Zona 6.
Alat auto level MMGPS Topcon adalah alat yang menggabungkan posisi Global Navigation Satellite System (GNSS) dengan teknologi pemancar laser dari Topcon untuk menghasilkan perkerasan jalan yang presisi pada mesin perkerasan jalan manapun.
Alat ini menjadi solusi pengaspalan berbasis 3D Topcon dimana MMGPS memberikan pemosisian yang mulus dan akurat untuk aplikasi pengaspalan aspal dan beton.
Manfaat penggunaan alat ini antara lain memberikan hasil pekerjaan dengan akurasi yang tepat sesuai gambar desain, menghindari pengulangan pekerjaan karena perbedaan desain dan hasil, dapat memonitor progres pekerjaan secara real time, memberikan perhitungan material yang akurat, mempercepat waktu pekerjaan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin serta mengurangi pekerjaan survei, stacking dan stringline.
Selain itu, HKI juga menggunakan electrical density gauge (EDG) pada proyek Tol Binjai - Pangkalan Brandan Zona 4. EDG adalah alat untuk mengukur kepadatan lapisan tanah.
Umumnya, pengukuran kepadatan tanah secara manual menggunakan sand cone, yang membutuhkan waktu kurang lebih 30-40 menit untuk satu titik pengujian.
Sementara, dengan menggunakan EDG hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit untuk satu titik pengujian.
Dalam implementasinya, HKI masih tetap menggunakan sand cone di awal pengukuran untuk membuat soil model yang kemudian dilanjutkan menggunakan EDG untuk pengukuran di titik-titik selanjutnya. Dengan menggunakan EDG, pengukuran kepadatan lapisan tanah pun menjadi lebih cepat. [*/pkt]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News