Lubuk Basung, Padangkita.com – Tragedi kembali menimpa satwa liar dilindungi di Sumatra Barat.
Seekor harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) ditemukan mati dalam kondisi mengenaskan di Jorong Sungai Pua, Nagari Singai Pua, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, pada Jumat (25/7/2024).
Satwa langka ini diduga mati akibat terjerat kawat yang melilit lehernya. Informasi ini dikonfirmasi oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat, Lugi Hartanto.
Menurutnya, laporan pertama kali diterima dari Wali Nagari Sungai Pua sekitar pukul 15.30 WIB. "Setelah mendapatkan laporan, tim kami langsung menuju lokasi bersama Polsek Palembayan, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK), dan aparat kecamatan untuk melakukan evakuasi," ujar Lugi, lewat keterangan tertulis Jumat (26/7/2024).
Sesampainya di lokasi yang merupakan kawasan Areal Penggunaan Lainnya (APL), Tim Wildlife Rescue Unit (WRU) menemukan harimau Sumatra tersebut sudah dalam kondisi tidak bernyawa.
Satwa betina yang diperkirakan berusia 2-3 tahun ini terjerat kawat yang biasanya digunakan untuk menjerat babi hutan.
"Kondisi harimau sangat memprihatinkan. Jerat tersebut sangat mengikat lehernya sehingga menyebabkan trakhea pecah dan tulang leher mengalami fraktur. Kematian disebabkan oleh gagal napas," jelas Lugi.
Harimau Sumatra yang menjadi korban ini sebelumnya telah menjadi perhatian BKSDA Sumbar sejak bulan Maret 2024.
Satwa tersebut diketahui memiliki cacat fisik berupa buntung pada kaki kiri depan. Akibatnya, harimau ini seringkali masuk ke pemukiman warga dan menimbulkan konflik.
"Kami sudah berusaha menangkap harimau ini dengan memasang tiga unit kandang jebak, namun belum berhasil," ungkap Lugi.
Untuk mengetahui penyebab kematian secara pasti, bangkai harimau Sumatera tersebut kemudian dibawa ke Rumah Sakit Hewan Sumatra Barat untuk dilakukan nekropsi pada Jumat (26/7/2024).
Hasil nekropsi mengkonfirmasi bahwa kematian harimau disebabkan oleh jeratan pada leher.
Kejadian ini menjadi bukti nyata bahwa ancaman terhadap kelestarian harimau Sumatra masih sangat tinggi. Perburuan dan perambahan habitat menjadi faktor utama yang menyebabkan populasi harimau Sumatra terus menurun.
"Kami mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan perburuan satwa liar dan menjaga kelestarian hutan sebagai habitat satwa," tegas Lugi.
BKSDA Sumbar akan terus berupaya meningkatkan patroli dan pengawasan di kawasan yang menjadi habitat harimau Sumatera.
Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian satwa liar juga akan terus dilakukan.
Baca Juga: Viral Video Harimau Sumatra Terjerat Perangkap Babi Hutan, Ini Tindakan BKSDA Sumbar
"Kami berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar lebih peduli terhadap kelestarian satwa liar," pungkas Lugi. [hdp]