Padang, Padangkita.com - Gunung Talamau kini ramai jadi perbincangan ahli dan pemerhati gempa di Indonesia. Bukan tanpa sebab, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapan fakta baru kalau wilayah gunung tersebut menjadi titik daerah patahan baru atau sesar aktif di Pulau Sumatra.
Memang, selama ini potensi tersebut tidak terdeteksi selama ratusan tahun. Namun karena disebabkan gempa magnitudo (M) 6,1 Pasaman Barat (Pasbar) yang terjadi, Jumat (25/2/2022) lalu, barulah ditemukan patahan baru tersebut.
Talamau atau juga disebut Gunung Ophir adalah gunung tertinggi di Sumatra Barat yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat, berdampingan dengan Gunung Pasaman. Gunung ini memiliki ketinggian 2,920 meter dan termasuk dalam tipe gunung api tidak aktif.
Banyak fakta menarik seputar gunung ini. Di bawah puncak gunung pada ketinggian sekitar 2.750 m, terdapat 13 telaga. Nama-nama telaga diambil berdasarkan beberapa cerita legenda yang diyakini oleh penduduk disekitar Gunung Talamau.
Di sebelah utaranya, ada Segmen Angkola dari Sumatera Utara kemudian masuk sebagian ke Sumbar di sisi Utara yakni Pasaman, kemudian di bawahnya ada Segmen Sianok dimulai dari Sianok Bukittinggi hingga ke Danau Singkarak, Solok. Namun, panjang dua segmen tersebut tidak sampai ke Talamau.
Talago Biru
Talago Buluah Parindu
Talago Cindua Mato
Talago Imbang Langik
Talago Lumuik
Talago Mandeh Rubiah
Talago Puti Bungsu
Talago Puti Sangka Bulan
Talago Rajo Dewa
Talago Satwa
Talago Siuntuang Sudah
Talago Tapian Puti Mambang Surau
Talago Tapian Sutan Bagindo
Selain memiliki jumlah telaga yang sangat banyak untuk sebuah gunung berapi, Gunung Talamau juga memiliki air terjun dengan ketinggian lebih dari 100 meter, bernama Air Terjun Puti Lenggo Geni.
Diberitakan sebelumnya, BMKG mengungkapkan temuan patahan baru yang diakibatkan pasca gempa magnitudo 6,1 di Pasbar. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan, ada patahan baru tersebut berada di sekitar Gunung Talamau, yang selama ini belum pernah teridentifikasi karena belum ada rekaman data seismisitas atau kegempaannya.
Baca Juga: Setelah Ratusan Tahun, BMKG Temukan Patahan Baru di Sekitar Gunung Talamau
Jelas Dwikorita Karnawati, memang selama ratusan tahun, patahan itu tidak diperhitungkan karena tidak teridentifikasi.
Dia juga memaparkan, informasi patahan baru itu penting mereka sampaikan kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk upaya mitigasi bencana ke depannya. BMKG melakukan pemetaan mikro dan makro seismik pascagempa di Pasbar. Dengan adanya patahan baru ini, maka zona kerentanan gempa bumi dilakukan penyempurnaan.
“Selama ini di situ dianggap tidak membahayakan, sekarang menjadi zona merah. Artinya, berpotensi mengalami guncangan gempa dengan intensitas MMI yang tercatat hingga VIII. Tingkat skala guncangan yang bisa mengakibatkan bangunan rumah roboh,” imbuhnya. [isr]