Fakta Seputar Chairil Anwar, Binatang Jalang yang Telah Milik Publik

Berita Jeda hari ini dan berita Sumbar hari ini: Tahun 2020 menjadi awal bagi karya-karya Chairil Anwar menjadi domain publik yaitu menjadi warisan budaya publik

Salah satu Puisi Karya Chairil Anwar. [Foto: Ist]

Berita Jeda hari ini dan berita Sumbar hari ini: Tahun 2020 menjadi awal bagi karya-karya Chairil Anwar menjadi domain publik yaitu menjadi warisan budaya publik

Padang, Padangkita.com- Selamat hari puisi dunia! Tahukah Anda setiap tanggal 21 Maret diperingati sebagai hari puisi dunia? Peringatan ini ditujukan sebagai dorongan untuk penulisan puisi, penerbitan, dan pengajaran puisi di seluruh dunia.

Membicarakan puisi di negara ini tanpa membicarakan Chairil Anwar, ibarat sayur tanpa garam, hambar dan tidak ada rasanya. Puisi-puisi Chairil Anwar telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari mata pelajaran bahasa Indonesia dan sastra. Puisi “Aku” telah menjadi puisi pertama bagi banyak orang Indonesia ketika baru mengenal puisi.

Nah, dalam momentum hari puisi dunia ini, sekaligus menghormati karya-karya besar Chairil Anwar, berikut beberapa fakta seputar penyair Angkatan ‘45, yang dirangkum Padangkita.com dari berbagai sumber.

Puisi Chairil Anwar telah menjadi domain publik

Sejak tahun 2020 menjadi awal bagi karya-karya Chairil Anwar menjadi domain publik yaitu menjadi warisan budaya publik. Penetapan domain publik mengacu pada Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, karya seseorang yang sudah meninggal akan menjadi domain publik terhitung 70 tahun sejak sang pencipta meninggal dunia.

Dengan demikian siapa saja telah boleh mengutip, mencetak ulang, dan menjual karya Chairil Anwar tanpa harus meminta izin atau memberi kompensasi kepada ahli waris. Meskipun demikian, mengutip atau mencetak karya Chairil Anwar tetap harus mencantumkan namanya.

Sepenggal Kisah Keluarga dan Pendidikan Chairil Anwar

Chairil Anwar seorang putra dari salah satu pamong praja yang pada zaman revolusi pernah menjadi Bupati Indragiri bernama Toeloes. Sedangkan ibunya bernama Saleha, keduanya berdarah Minang. Chairil dilahirkan di Medan 26 Juni 1922 dan meninggal dunia di Jakarta 28 April 1949 pada usia tergolong muda 27 tahun.

Awal Chairil mengecap pendidikan dini dengan memasuki sekolah Hollandsch Inlandsche School dikenal sebagai sekolah biasa untuk pribumi kala masa Penjajahan Belanda, di Medan. Selanjutnya ia menginjak bangku sekolah menengah pertama Belanda bernama Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Namun dirinya tak menyelesaikan pendidikan di MULO.

Walau demikian dirinya mahir berbahasa asing yakni bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman. Dia mulai menulis sejak usia remaja dan setelah perceraian orang tuanya saat Chairil berusia 19 tahun dirinya berkenalan dengan dunia sastra.

Karya Chairil Bentuk Perjuangan Kemerdekaan

Bentuk perjuangan boleh dari mana saja, terbukti saat lelaki yang dijuluki " Si Binatang Jalang" itu menulis tentang perjuangan rakyat melepaskan diri dari penjajah termuat menjadi karya sastra berjudul "Karawang-Bekasi" yang disadurnya dari sajak "The Young Dead Soldiers", karya Archibald.

Sebelumnya, perdana nama Chairil terkenal di dunia sastra saat tulisannya dimuat di Majalah Nisan tahun 1942. Chairil juga menulis sajak tentang perjuangan lainnya seperti “Persetujuan dengan Bung Karno”, “Aku”, dan “Diponegoro”.

Asal Muasal Chairil Anwar Terkenal Sebagai Pelopor Puisi Modern Indonesia

Kala itu tulisan Chairil terkesan asing karena memakai trend baru pemakaian kata dalam puisi. Dengan pemakaian bahasa lugas, solid, dan kuat. Namun dengan keasingan itu membuat karyanya menjadi dekat dan terus terukir secara nasional dan internasional.

Baca juga: Alat Dapur Tradisional Minangkabau, Ada yang Masih Dipakai hingga Sekarang

Hal ini jelas terlihat dalam buku karya Chairil Anwar yaitu Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949), Tiga Menguak Takdir (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin/1950), Aku Ini Binatang Jalang: Koleksi Sajak 1942-1949 (diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono/1986),

Derai derai Cemara (1998), Pulanglah Dia Si anak Hilang (terjemahan karya Andre Gide/1948), dan Kena Gempur (Terjemahan Karya John Steinbeck/1951). [pkt]

Baca berita Sumbar hari ini hanya di Padangkita.com.

Baca Juga

Pesantren Ramadan di Padang Diluncurkan, Diikuti 87.304 Pelajar di 1.800 Masjid - Musala
Pesantren Ramadan di Padang Diluncurkan, Diikuti 87.304 Pelajar di 1.800 Masjid - Musala
Peringati Hari Pahlawan, Pj Wako Pariaman Roberia Ziarah dan Tabur Bunga di TMP Rawang
Peringati Hari Pahlawan, Pj Wako Pariaman Roberia Ziarah dan Tabur Bunga di TMP Rawang
Terdata 670 TPS Liar di Padang, Hendri Septa sebut Kota Darurat Sampah
Terdata 670 TPS Liar di Padang, Hendri Septa sebut Kota Darurat Sampah
Polresta Padang Musnahkan Lebih 18 Kilogram Ganja dan 174 Gram Sabu
Polresta Padang Musnahkan Lebih 18 Kilogram Ganja dan 174 Gram Sabu
Forkopimda Padang Rumuskan Sanksi Pelaku Tawuran, Kapolresta Usul Pendidikan Semimiliter
Forkopimda Padang Rumuskan Sanksi Pelaku Tawuran, Kapolresta Usul Pendidikan Semimiliter
Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah