Jakarta, Padangkita.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa pembasmian kelelawar sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona sebenarnya tidak harus dilakukan.
Meski disebut sebagai pembawa dan penyebar virus corona, nyatanya kelelawar memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem dan kehidupan manusia.
“Membasmi kelelawar justru dapat memberikan efek yang berlawanan terhadap penyebaran penyakit,” jelas Sigit Wiantoro, peneliti biosistematika vertebrata Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dilansir dari laman resmi LIPI, Sabtu (21/3/2020).
Ia kemudian menjelaskan peran kelelawar dalam ekosistem dan kehidupan manusia. Kelelawar pemakan buah memiliki peran penting sebagai penyerbuk bunga, sementara kelelawar pemakan serangga berperan dalam pengendalian hama di lahan pertanian dan perkebunan.
Baca juga: Studi: Kombinasi Anti Malaria dan Antibiotik Efektif Obati Corona
"Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali populasi serangga yang berpotensi sebagai vektor penyakit, misalnya nyamuk,” terang Sigit.
Sigit juga menyatakan bahwa kelelawar juga merupakan bagian penting dari ekosistem hutan sebagai penyebar biji yang kemudian tumbuh menjadi pohon-pohon baru penyedia oksigen bagi manusia.
Menurut Sigit, hal yang paling tepat dilakukan untuk mencegah penularan virus dari kelelawar adalah dengan tidak mengganggu dan tidak membasminya.
“Menjaga populasi kelelawar yang sehat dengan tidak mengganggu dan tidak membasminya, merupakan salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit serta menjaga keseimbangan ekosistem,” ujarnya.
Kasus yang terjadi di Wuhan, di mana hewan liar termasuk kelelawar dijual secara ilegal justru menjadi pemicu penyebaran virus dari satwa tersebut ke manusia.
“Perdagangan satwa liar di Wuhan, Tiongkok yang tidak diregulasi dan sering kali ilegal adalah hal yang menyebabkan kemunculan dan persebaran virus COVID-19,” jelas Sigit
Saat virus corona kemudian semakin serius hingga menjadi pandemi di dunia, sejumlah negara pun membuat kebijakan membasmi ratusan ekor kelelawar jenis kalong dan codot.
Sigit menilai kebijakan ini adalah sebuah kesalahan, ia kembali menegaskan, pembasmian itu justru berdampak pada perubahan dan perusakan ekosistem yang akhirnya berpengaruh pada kehidupan manusia termasuk penyebaran berbagai penyakit.
“Justru perubahan ekosistem yang disebabkan oleh manusialah yang menjadi penyebab utama kemunculan penyakit- penyakit yang dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia,” kata Sigit. (*/try).