Coupee Nikae, sebuah perusahaan otobus di Padang yang menyediakan layanan antarkota, Padang−Fort de Kock (Bukittinggi). Perusahaan ini jaya pada masanya di tahun 1933 silam.
Padangkita.com - Pada tahun 1933 silam, berdiri sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi. Coupee Nikae, namanya.
Baca juga: 6 Fakta Keberadaan Etnis Nias di Kota Padang
Perusahaan ini menyediakan layanan bus antarkota dengan tujuan Padang−Bukittinggi.
Keberadaan perusahaan ini diketahui dari laman surat kabar Tjamboet, No. 32, TAHOEN KE I, Hari Arbaa 13 September 1933 yang memberitakan tentang perusahaan otobus tersebut.
Di Padang sendiri, bus Coupee Nikae ini berpangkal di Kampung Jawa, tepatnya di tempat penyewaan oto Harun.
Perusahaan otobus tahun 1933 tersebut menerapkan sistem yang berbeda dari keadaan yang ada sebelumnya.
Mereka mencoba menerapkan keberangkatan dan perjalanan tepat waktu meski pada saat waktu keberangkatan oto belum penuh terisi penumpang.
Dari Padang, armada otobus ini berangkat pukul 8 pagi sementara otobus yang di Bukittinggi berangkat pukul dua siang dari Hotel Nasir.
Waktu tempuh perjalanan otobus ini diperkirakan kurang lebih enam jam perjalanan jika diandaikan waktu berangkat armada yang di Bukittinggi adalah waktu tibanya armada oto tersebut yang berangkat dari Padang ke Bukittinggi.
Sistem perjalanan yang tepat waktu itu pun tampaknya sangat menguntungkan bagi para penumpang yang melakukan perjalanan bisnis atau tujuan lainnya yang sangat memerlukan ketepatan waktu.
Ketepatan waktu itu merupakan suatu kebaikan bagi mereka yang perlu berurusan ke Fort de Kock dan begitu juga sebaliknya. Begitu juga untuk para saudagar yang sangat memerlukan ketepatan waktu dalam perjalanan.
Intinya, pada masa itu Coupee Nikae merupakan perusahaan otobus yang mencoba memberikan pelayanan yang baik kepada para penumpangnya.
Salah satu caranya yaitu menerapkan sistem tepat waktu dalam perjalanan.
[jnews_block_16 number_post="1" include_post="31453" boxed="true" boxed_shadow="true"]
Penerapan disiplin pada rakyat pada masa itu tentu juga sangat berat, tapi berkat kekonsistenan mereka, perusahaan ini mampu memberikan hal itu kepada masyarakat di tahun 1930-an.
Ketika kita berefleksi dengan layanan bus pada masa itu, akan jelas perbedaannya dengan masa sekarang.
Di tahun 1930-an saja sudah ada usaha untuk memberikan pelayanan transportasi terbaik dan menyenangkan.
Coba lihat di masa sekarang, ibaratnya kita hitung 85 tahun setelah itu. Disiplin waktu belum menjadi budaya dalam masyarakat kita, malah lebih parah dari masa yang telah lalu itu.
Pelayanan bus-bus antarkota kita hari ini saja, misalnya, tidak banyak yang menerapkan sistem perjalanan tepat waktu. Bahkan, parahnya lagi, kita ambil contoh bus umum Pariaman−Padang, bus baru akan jalan setelah 1 jam penumpangnya mandi keringat di dalam mobil. Begitu pun dengan bus-bus tujuan ke kota lain, hal serupa juga tak jarang dijumpai.
Di abad ke-21 ini tampaknya kita malah mengalami kemunduran dalam hal pelayanan bus antarkota. Kita bahkan jauh ketinggalan dari Negara-negara JIran di luar sana yang sangat disiplin akan waktu.
Kedisiplinan yang dimiliki otobus Coupee Nikae tahun 1930-an hanya tinggal kenangan tanpa ada jejak yang dapat ditemukan saat sekarang ini. (*/pk-27)