Padangkita.com - Makin marak dan kompleksnya persoalan remaja akhir-akhir ini membuat Ketua TP PKK Bukittinggi Yessi Endriani prihatin. Masalah tersebut diantaranya pelecehan seksual, seks bebas, pernikahan dini, narkoba, dan Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT). Bukan hal yang mustahil, remaja di Bukittinggi bisa menjadi korban dari persolan tersebut.
Menurutnya, dari persoalan tersebut yang sangat mengkhawatirkan adalah LGBT. Kaum LGBT seperti memiliki sistem yang terstruktur dan targetnya adalah siswa usia SD dan SLTP.
"Modusnya dimulai dengan rayuan-rayuan dan akhirnya korban terperdaya, menginginkan sendiri, sehingga tidak bisa lepas dari lingkungan, serta sikap hidup seperti itu lagi. Hal ini akan merusak generasi muda kita. Akan jadi apa anak kita nanti jika dibiarkan LGBT itu marak terus," jelasnya, Minggu (25/2/2018).
Untuk memutus mata rantai dari kasus itu, menurutnya harus ada antisipasi dan pertahanan yang dimulai dari keluarga. Selain itu, untuk mengatasi persoalan ini ditindaklanjuti TP PKK dan DP3PPKB, dengan membuat program Sekolah Keluarga.
Modulnya pembelajarannya adalah mengenai agama, etika, sumbang 12, fungsi kesehatan alat reproduksi, hak dan kewajiban dimata hukum.
"Ide itu tercetus dari kunjungan ke Bogor beberapa waktu lalu, dan disana baru ada sekolah ibu," terangnya.
Yesi Endriani menambahkan, pembinaan keluarga dan mendidik anak tidak hanya tugas ibu tapi juga tugas ayah, nenek dan keluarga lainnya. Karena itulah diikutkan program Sekolah Keluarga ini.
Pesertanya terdiri keluarga inti, apakah itu ibu dan ayah atau nenek atau paman dan tante dari keluarga yang mempunyai anak usia 0-17 tahun. Satu kelas terdiri dari 30 peserta dan diatur jadwalnya sesuai kesepakatan.
"Disepakati jam berapa siswa bisa dan hari dan tempat yang sesuai, akan kerjasamanya dengan Lurah untuk menyediakan tempat, dan sistem pembelajaran pun tidak monoton materi saja," ulasnya.
Sementara untuk materinya tentang keluarga hebat, seratus hari pertama kehidupan. Akan dirapatkan dulu ide dan materi yang akan disusun dengan merangkul Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
Narasumber adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ahli dibidangnya untuk memberikan materi sesuai keahliannya. Dikumpulkan juga buku-buku yang dibutuhkan.
Sesuai rencana sebelumnya tambah Yesi Endriani, sekolah keluarga ini dilaunching pada Sabtu 24 Februari 2018 kemarin. Cukup banyak ahli-ahli bidang pendidikan anak yang bersedia berbagi ilmu dalam sekolah keluarga itu, maka dari itu diharapkan pada masyarakat bersedia meluangkan waktu mengikuti sekolah keluarga itu.
"Keluarga di Bukittinggi hendaknya memiliki ketahanan keluarga, sehingga anak kita saat pulang kerumah akan merasa nyaman dan damai. Sehingga mau berbagi dengan ayah dan ibu maupun neneknya bukan berbagi dengan orang lain. Apalagi beberapa tahun lagi Indonesia akan menerima bonus Demografi yang menjadi modal kemajuan bangsa masa depan. Jadi jika tidak kita kawal, maka kita akan rugi," tukasnya.