San Salvador, Padangkita.comm - Belum genap setahun melegalkan Bitcoin sebagai mata uang, ekonomi negara El Salvador kini diambang kehancuran. Harga Bitcoin yang terus anjlok sepanjang akhir tahun 2021 hingga Februari 2022 ini telah memberi dampak buruk.
Alih-alih menangguk untung dari langkah antimainstream tersebut, negara di Amerika Tengah itu justru kini dihadapkan pada kerusakan perekonomian.
Risiko volatilitas Bitcoin menghantui perekonomian El Salvador terutama karena negara miskin ini mengoleksi semakin banyak Bitcoin di dalam neracanya. Bloomberg mencatat, Negara Amerika Tengah ini memegang 1.801 BTC. Kejatuhan harga Bitcoin beberapa waktu terakhir diperkirakan membuat El Salvador kehilangan US$ 20 juta.
Per hari ini, Jumat (4/2/2022) harga Bitcoin terus merosot ke posisi 37.221 dolar AS atau setara dengan Rp535 juta lebih. Harga ini turun drastis dibanding tahun lalu yang mencapai Rp 800 juta lebih.
Untuk diketahui, El Salvador menjadi negara pertama di dunia yang secara resmi mengadopsi Bitcoin sebagai mata uang legal di negaranya. Sebelumnya, Juni tahun lalu, RUU penggunaan cryptocurrency atau mata uang kripto sebagai alat pembayaran yang sah bersama dengan dolar AS telah 'diketok' pemerintah menjadi undang-undang
Tekanan IMF
Kini, di samping kerugian akibat kejatuhan harga, El Salvador kini berhadapan dengan memburuknya prospek pengelolaan utang. Pemerintahannya yang cenderung menolak saran Dana Moneter Internasional (IMF) untuk melepas kripto, membuat hubungan El Salvador dengan salah satu krediturnya itu memburuk.
Dalam pertemuan bilateral dengan El Salvador belum lama ini, IMF mendesak pihak berwenang untuk menghapus Bitcoin sebagai mata uang legal di negara tersebut. Beberapa Direktur IMF juga menyampaikan kekhawatiran terhadap rencana pemerintah negara tersebut untuk menerbitkan obligasi yang berbasis Bitcoin.
Pemerintah El Salvador berencana menerbitkan obligasi El Savador sebesar US$ 1 miliar dalam kemitraan dengan Blockstream. IMF memperkirakan bahwa di bawah kebijakan pemerintah saat ini, utang pemerintah El Salvador akan membengkak menjadi 96% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2026. IMF menyebut pengelolaan utang yang buruk tersebut menempatkan El Salvador pada jalur yang 'tidak berkelanjutan'.
The carbon-neutral aviation fuel made from sunlight and air "Adopsi cryptocurrency sebagai alat pembayaran yang sah, bagaimanapun, memiliki resiko besar untuk integritas keuangan dan pasar, stabilitas keuangan, dan perlindungan konsumen," tulis IMF dalam rilis resminya Selasa (25/1).
Beda sikap antara IMF dengan El Salvador ini juga berisiko mengganggu langkah restrukturisasi utang negara tersebut. El Salvador mengajukan upaya penangguhan utang yang jatuh tempo pada tahun depan sebesar US$ 800 juta kepada IMF. Namun, lembaga pemeringkat utang Moody's melihat perbedaan kebijakan yang terkait dengan Bitcoin telah menurunkan kemungkinan kesepakatan utang tepat waktu.
“Kurangnya pendanaan IMF akan secara signifikan meningkatkan risiko hasil kredit yang merugikan," kata Moody;s dikutip dari Reuters, Jumat (28/1/2021) lalu.
Meningkatnya risiko adopsi kripto terhadap prospek pengelolaan utang juga tercermin dari persepsi kredit El Salvador yang memburuk. Coindesk mencatat, Credit default swap (CDS) lima tahun El Salvador telah meningkat lebih dari empat kali lipat menjadi 1.800 sejak negara itu mengumumkan Bitcoin resmi diperbolehkan sebagai alat pembayaran yang sah.
Baca Juga : Harga Bitcoin Diprediksi Terus Turun
CDS ini mengukur biaya asuransi terhadap negara yang gagal membayar pinjaman setiap saat dalam periode tertentu. Pemerintah El Salvador kini berencana menerbitkan obligasi khusus yang didukung bitcoin. Namun, Kepala strategi fixed income Amerika Latin dari Amherst Pierpont Securities menilai, jika pemerintah berhasil dalam peluncuran tersebut akan memberikan dampak positif terutama meringankan sebagian utang El Salvador. [*/Pkt]