Ilmuwan di Carnegie Mellon University menciptakan aplikasi yang dapat memeriksa seseorang terinfeksi virus corona hanya melalui rekaman suara batuk seseorang.
Padangkita.com - Baru-baru ini, peneliti dari Carnegie Mellon University, Amerika Serikat, telah menciptakan aplikasi untuk mendeteksi virus corona. Aplikasi ini dapat menentukan apakah seseorang telah terpapar virus melalui analisis suara.
Benjamin Striner, seorang mahasiswa pascasarjana dari Carnegie Mellon berujar bahwa aplikasi yang diciptakan ini merupakan opsi termurah dan tercepat untuk mendiagnosis virus corona.
"Dan ada beberapa yang cukup bagus yang sebenarnya sangat murah dan cukup akurat, tetapi tidak ada yang semurah dan semudah berbicara di telepon," ujar Benjamin, seperti dikutip dari CBS, (2/4/2020).
Cara kerja aplikasi ini sendiri membutuhkan bantuan ponsel atau komputer dengan mikrofon, lalu pengguna diminta untuk batuk beberapa kali dan merekam sejumlah suara vokal, serta membaca alfabet.
Kemudian algoritma dari aplikasi akan memberikan skor, yang mewakili seberapa besar kemungkinan pengguna terinfeksi virus corona.
Baca juga: Heat Map Rekam Pergerakan Orang yang Masih Keluar Rumah di Tengah Pandemi
Tim peneliti percaya bahwa aplikasi ciptaannya ini bisa menjadi alat yang berharga dalam melacak orang terinfeksi COVID-19, terutama di negara yang kesulitan menyelenggarakan tes dalam jumlah masif karena masalah ketersediaan alat, tenaga, ataupun biaya.
Pengembangan aplikasi bernama COVID Voice Detector ini baru dalam tahap awal dan belum disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) maupun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Baca juga: Ajak Masyarakat Ikut Tangkal Corona, Pemerintah Luncurkan Aplikasi 10 Rumah Aman
"Tujuan utama kami saat ini adalah mengumpulkan banyak rekaman suara yang bisa kami gunakan untuk meningkatkan algoritmanya," kata profesor Bhiksa Raj dari Carnegie Mellon.
Agar dapat digunakan aplikasi ini harus diverifikasi terlebih dahulu oleh CDC.
"Jika aplikasi ini akan dimasukkan sebagai layanan publik, itu, dan hasil kami, harus diverifikasi oleh para profesional medis, dan dibuktikan oleh agen seperti CDC," tambahnya. [*/Son]