Padang, Padangkita.com – Peningkatan kasus Covid-19 di Sumatra Barat (Sumbar) sejak akhir Juli hingga sekarang, membuat khawatir Andani Eka Putra, ahli penyakit tropis yang juga Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand. Menurut Andani, jika tidak diatasi cepat, Sumbar akan masuk dalam zona bahaya.
“Positivity rate kita naik sekitar 2-3%, walaupun di bawah standar WHO 5%, kita tetap waspada. Saat ini sedang terjadi adu cepat antara penyebaran dengan testing dan tracing. Jika testing dan tracing menang maka kita bisa atasi, jika kalah PR akan semakin naik,” ungkap Andani melalui keterangan tertulis yang diterima Padangkita.com, Selasa (18/8/2020).
Peningkatan PR, kata Andani, akan berkontribusi terhadap kematian. Semakin tinggi PR, kematian akan bertambah. Tanpa tracing dan testing masif, lanjut Andani, secara teori Sumbar akan masuk zona bahaya.
“Di mana PR akan naik lebih dari 15%, saat itu kematian nakes (tenaga kesehatan) akan banyak terjadi,” ujar Andani.
Dia menyebutkan, beberapa kasus positif di Sumbar ditemukan di area wisata dan hotel. Kedua tempat tersebut, lanjut dia, paling banyak dikunjungi orang luar provinsi yang menjadi sumber utama penyebaran saat ini.
“Saya imbau mari kita periksa secara berkala hotel dan area wisata. Jika tidak mau sebaiknya ‘lockdown’ saja daerah tersebut. Kita harus tegas dalam hal ini,” ingat Andani.
Baca juga; Kasus Covid-19 Naik Terus di Sumbar, Empat Daerah Naik dari Zona Kuning ke Zona Oranye
Lebih jauh Andni menyarankan, semua harus mendorong dengan aksi nyata, bahwa semua yang datang dari luar provinsi harus di-swab, termasuk orang Sumbar sendiri.
“Saya sendiri selalu swab saat datang ke Padang,” tambah Andani.
Berikutnya, kata Andani, promosi kesehatan (Promkes) dan perbaikan edukasi makin menjadi penting. Dia mengajak, untuk melakukan dengan nyata, dan jangan hanya beretorika.
“Ini pekerjaan berat, tetapi jika bersama-sama ini akan bisa dilakukan. Sekali lagi jangan beretorika. Jadilah kita pekerja dan bukan pengamat,” ujar Andani.
Media atau pers, lanjuut Andani, bisa menginformasikan secara masif dalam tiap pemberitaan, tentang daerah yang tidak melakukan protokol. Sementara itu, pemerintah mungkin dengan sanksi, dan para profesional (IDI, PPNI, IBI, Kesmas, MUI, DMI dan lain-lain), bisa membentuk grup-grup promkes yang masuk ke nagari dan jorong secara langsung.
“Kita harus masif untuk edukasi dan diikuti dengan sanksi,” kata Andani.
Dia mengingatkan, masalah Covid-19 adalah masalah bersama. Edukasi, kata Andani memang penting, tapi paling sulit dilakukan.
“Sambil menyiapkan ini, testing dan tracing harus maju ke depan. Tanpa edukasi yang baik, maka tracing dan testing ibarat membersihkan lantai yang sumber bocornya tidak pernah diatasi.” [*/pkt]