Padang, Padangkita.com - Sinyal kenaikan harga pertalite telah dikeluarkan pemerintah RI. Alasan utamanya adalah harga pertalite yang dijual pemerintah saat ini dituding masih di bawah harga keekonomian alias harga normal, yang mengakibatkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 90 tersebut terus membengkak.
Sebelumnya, kabar rencana kenaikan ini disampaikan Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto. Dia menjelaskan, kenaikan harga pertalite diajukan pemerintah yakni sekitar Rp2.000 hingga Rp3.000 per liter. Diketahui saat ini harga pertalite Rp7.650 per liter, sehingga jika naik harganya bakal menjadi sekitar Rp9.500 per liter.
Sebelumnya juga, sinyal kenaikan pertalite juga telah disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Kata dia pertalite akan naik di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia.
Arifin juga memberikan sinyal bahwa harga BBM nonsubsidi akan disesuaikan dengan tingkat keekonomian. Dengan demikian, jika harga minyak mentah dunia naik maka otomatis harga BBM nonsubsidi dan Pertalite juga ikut meningkat.
"Serta penyesuaian harga BBM non subsidi sesuai keekonomian yang pasarnya untuk kalangan menengah ke atas, penyesuaian harga Pertalite, minyak solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti," ungkap Arifin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/4/2022) lalu.
Menurut Arifin, perang Rusia dengan Ukraina menjadi penyebab utama harga minyak mentah dunia naik. Hal itu mempengaruhi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP).
Tercatat, rata-rata ICP sebesar US$98,4 per barel pada Maret 2022. Angka itu jauh di atas target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang hanya US$63 per barel.
Sementara itu uraian dari pihak Pertamina, Humas Pertamina Sumbagut, Agustiawan juga mengungkapkan, normalnya harga pertalite mesti naik Rp2 ribu - Rp3 ribu per liter.
Kenaikan menurut harga keekonomian terkini tersebut dipengaruhi banyak hal, diantaranya harga minyak mentah, penyulingan, distribusi, Storage dan juga proses Crude Price.
Proses tersebut kata dia membuat biaya yang dikeluarkan pihak Pertamina jadi membengkak, sehingga saat dijual ke masyarakat dengan harga saat ini, negara harus melakukan subsidi yang sangat besar mencapai Rp2 ribu lebih per liternya. Hal ini juga kata dia yang membuat utang negara ke Pertamina terus membengkak, bahkan saat ini tercatat lebih Rp100 triliun.
Baca Juga: Pemerintah RI Usul Harga Pertalite dan Solar Naik, Pertalite Naik jadi Rp9.500
"Selama ini konsepnya adalah subsidi silang, jadi yang di hulu mensubsidi hilir termasuk juga sebaliknya di saat harga minyak dunia turun," ungkap dia kepada Padangkita.com, Minggu (17/4/2022). [isr]