Jakarta, Padangkita.com - PT Bio Farma memaparkan hasil survei terkait keinginan masyarakat untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 yang akan dilakukan pemerintah usai vaksin dinyatakan siap. Sebanyak 64,8 persen keluarga di Indonesia setuju ikut vaksinasi tersebut.
Kemudian, 27,6 persen keluarga mengatakan belum tahu, dan sisanya sebanyak 7,6 persen keluarga menyatakan tidak mau divaksin.
Survei ini dilakukan oleh tim gabungan dari Kementerian Kesehatan, WHO, dan UNICEF.
Project Integration Manager of Research and Development Division PT Bio Farma Neni Nurainy menjelaskan, sejumlah keluarga yang menyatakan tidak ingin divaksin tersebut mengutarakan alasan yang berbeda-beda.
Sebanyak 59,03 persen merasa tidak yakin dengan keamanana vaksin.
Ada juga 43,17 persen yang tidak yakin dengan efektivitas vaksin. Juga ada 24,20 persen yang merasa takut akan efek sampingnya. Dan terakhir, 26,04 persen tidak percaya vaksin.
Dalam survei itu juga ada 15,97 persen yang menolak divaksin karena masalah agama, dan 31,24 persen karena alasan lainnya.
Baca juga: Sebaran Pasien Sembuh dan Tambahan Kasus Covid-19 Secara Nasional Hari Ini
Menurutnya, penolakan masyarakat terhadap program vaksinasi ini merupakan pekerjaan rumah bagi pihaknya.
Semua elemen, kata Neni, perlu melakukan komunikasi dan advokasi terhadap masyarakat yang menolak vaksi ini.
"Ini perlu disampaikan pentingnya vaksin," ujar Neni, saat diskusi daring dengan tema "Refleksi Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-Amin" di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Neny menyakatan vaksin memang bukan segalanya. Vaksin juga bukanlah senjata pamungkas. Namun, menurutnya, vaksin jelas punya manfaat.
"Selain mengontrol kematian juga mencegah kecacatan dan komplikasi akibat penyakit," ujar Neni.
Ia mencontohkan, vaksin campak yang telah berhasil menyelamatkan 2,7 jiwa nyawa manusia. Sama halnya dengan vaksi tetanus. Kemudian, ada dua juta yang terselamatkan dengan vaksin ini dan ada satu juta jiwa nyawa selamat dengan divaksin pertussis.
"Pada intinya vaksin menimbulkan kekebalan pada individu, kelompok dan juga global," kata Neni.
Hal ini senada dengan pernyataan Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, Achmad Yurianto.
Kata dia, vaksinasi Covid-19 bukan senjata ampuh untuk menyelesaikan pandemi virus corona di Indonesia. Vaksinasi bukan lini pertama dalam penanggulangan penyakit pandemi Covid-19. Meski telah divaksin, mereka tetap harus menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
"Vaksin ditujukan untuk memberikan kekebalan agar saat terpapar virus tidak jadi sakit," ujar Yurianto. [*/try]