Membelah Selat Bunga Laut Mentawai, Mencari Jejak Pendaratan Penyu

Lampiran Gambar

RASANYA tidak pernah bosan, bila diajak beranjangsana ke gugusan pulau-pulau kecil Mentawai, terlebih ke Kawasan Konservasi Taman Selat Bunga Laut yang begitu luas.

Kawasan Konservasi Taman Selat Bunga Laut terhampar dari ujung tanjung bagian selatan Pulau Siberut sampai ke ujung utara dilekukan teluk-teluk Pulau Sipora.

Kehadiran taman konservasi laut ini diinisiasi oleh Pemerindah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, DKP Propinsi Sumatera Barat dengan melibatkan perguruan tinggi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta dan lembaga lainnya.

Tujuan mulianya tentu saja  mengakomodasi kepentingan dan pengembangan pariwisata bahari yang ramah lingkungan. Sehingga, harapan terbesar saat ini adalah penetapan status sesegara mungkin dari Menteri KKP-RI, Susi Pudjiastuti.

Di pagi yang cerah, dengan sumringah mentari dari balik sedikit kabut di ujung laut, kami memulai penjelajahan laut biru dengan gelombang, arus yang tenang dan bersahabat.

Kapal kayu longboad yang disain secara khusus, dapat beradaptasi terhadap arus dan gelombang besar, menderu membelah Taman Bunga Laut Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Dalam perjalanan ini, kami yang tergabung dalam satu tim works yang difasilitasi BPSPL Padang.

Walaupun mentari sampai menjelang sore, tidak juga menampakan raut dan bias cahayanya. Kami tetap bergerak membelah Selat Bunga Laut, dengan perahu longboad yang berhaluan tajam dengan body tipe V, dapat melaju kencang seperti torpedo.

Kami datangi dan kami singgahi setiap kawasan dan pulau-pulau kecil untuk mendapatkan informasi tentang biota yang bermigrasi, terutama jenis penyu laut dan biota target lainnya yang masuk dalam program konservasi secara nasional.

Lampiran Gambar

Pulau Pitoiat Sigoiso, depan Sipora Tuapeijat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Foto: Harfiandri Damanhuri)

Kawasan Konservasi Taman Bunga Laut dengan potensi sumberdaya laut yang besar mulai dari sumber daya daratan pulau, dengan vegetasi hutan basah tropis dan penampakan monyet endemik Mentawai sesekali muncul berkejaran diantara pohon –pohon yang rindang menambah antusias kami di lapangan, ketika beristirahat dalam trip yang cukup melelahkan.

Sedangkan potensi luar biasa pada kawasan perairan dengan beragam potensi ikan karang, ikan hias, ekosistem terumbu karang, berbagai spesies migrasi dalam pusaran perairan Taman Selat Bunga Laut.

Spesies yang suka bermigrasi diantara penyu, lumba-lumba, hiu, paus, pari, dugong (duyung), serta ikan sidat yang banyak berkeliaran pada aliran pintu muara sungai serta 20 biota potensi lainnya yang menjadi target konservasi oleh KKP-RI.

Spesies mamalia laut dari jenis paus sperma whale shark pernah terdampar mati di Pantai Jati, Tuapeijat, Pulau Sipora, awal tahun ini. Kunjungan kami dalam rangka sosialisasi dan praktikal re-lokasi telur penyu dengan segala aspeknya serta tidak lupa menggali segala informasi sebanyak mungkin, dari masyarakat adat pesisir pantai dalam kawasan Selat Bunga Laut.

Banyak informasi tentang spesies yang bermigrasi dan dilindungi, yang terdampar dalam gugusan pulau-pulau kecil Mentawai yang eksotik. Informasi terbaru seperti spesies dugong, yang minggu lalu (awal Mei) ditemukan terperangkap dalam jaring nelayan lokal. Dugong dibawa pulang untuk di konsumsi bersama-sama oleh satu suku dalam “Uma” yang merupakan rumah tradisional Mentawai.

Mamalia laut lainnya dari jenis paus pemandu sirip pendek atau short-finned pilot whale (Globicephala macrorhynchus) juga pernah terdampar di Dusun Pukarayat pada 2007. Lokasi pantai desa pesisir tersebut, masuk dalam kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) Selat Bunga Laut, Mentawai.

Saat ini rangka paus pilot yang terdampar di Dusun Pukarayat tersebut tergantung di tengah restoran Resort Togat Nusa Retreat, Pulau Pitoiat Sigoiso. Hiu pilot yang telah mati, rangkanya diselamatkan dengan membenan tubuhnya dalam pasir pantai sesuai SOP mereka. Walaupun telah diselamatkan, namun rangka hiu pilot tersebut tidak utuh lagi. Karena masih ada tangan-tangan jahil yang mengambilnya secara diam-diam.

Rangka paus pilot yang tergantung tersebut, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Pulau Pitoiat Sigoiso. Akan tetapi kebenaran informasi dari pengelola Pulau Pitoiat Sigoiso, masih perlu diverifikasi dan dijastifikasi lagi. Apakah benar ini rangka Pilot Whale?, atau paus jenis lain?

Salam konservasi !


*Harfiandri Damanhuri
Penulis adalah Dosen Universitas Bung Hatta, Padang

Baca Juga

Riyono Ungkap 10 Dampak Serius Ekspor Pasir Laut, Mulai dari Ekologis hingga Konflik Sosial
Riyono Ungkap 10 Dampak Serius Ekspor Pasir Laut, Mulai dari Ekologis hingga Konflik Sosial
Launching Buku 'Green Democracy', Sultan: Semangat Wujudkan Keseimbangan
Launching Buku 'Green Democracy', Sultan: Semangat Wujudkan Keseimbangan
Pj Wali Kota Padang Terima Penghargaan Nirwasita Tantra
Pj Wali Kota Padang Terima Penghargaan Nirwasita Tantra
Limapuluh Kota – Warsi Kerja Sama Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Bersama Masyarakat
Limapuluh Kota – Warsi Kerja Sama Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Bersama Masyarakat
Sumbar Dapat Hibah ‘Reward’ Penurunan Emisi Karbon Rp53 Miliar dari BPDLH Kemenkeu
Sumbar Dapat Hibah ‘Reward’ Penurunan Emisi Karbon Rp53 Miliar dari BPDLH Kemenkeu
Pj Wako Pariaman Roberia Minta SMA-SMK Hasilkan Karya dari Daur Ulang Sampah
Pj Wako Pariaman Roberia Minta SMA-SMK Hasilkan Karya dari Daur Ulang Sampah