Simpang Empat, Padangkita.com – Pustaka Nagari Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pasisia, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), masuk nominasi enam besar Lomba Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan tingkat Nasional 2020. Pada 2019, pustaka yang mewakili Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) ini menjadi Juara I pada ajang yang sama.
Apa keunggulan pustaka yang berada di pelosok ini?
Pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, Kamis (13/8/2020), Padangkita.com berkunjung ke Pustaka Nagari Sasak. Jaraknya dari Simpang Empat, Ibu Kota Kabupaten Pasbar, sekitar 25 km, atau bisa ditempuh sekitar 30 menit naik sepeda motor. Meski tak terlalu jauh, tetapi jalan ke Sasak tidak terlalu baik dan kecil, sehingga sepeda motor tak bisa leluasa dikendarai.
Dedet Darmansyah, Kepala Perpustakaan Nagari Sasak pagi itu ternyata telah menunggu, karena sebelumnya Padangkita.com memang telah membuat janji untuk wawancara dengannya. “Kami baru buka, Pustaka buka mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00,” kata Dedet mengawali pembicaraan.
Sementara itu, di dalam pustaka telah ada belasan anak-anak. Ada yang membaca dan membuka buku-buku, dan ada yang sibuk memilih-milih buku koleksi Pustaka. Tak satupun yang main gadget, atau ponsel seperti anak-anak kebanyakan di kota-kota.
“Pagi ini agak ramai, karena sekolah mulai diliburkan lagi,” ujar Dedet.
Sejak Senin (10/8/2020), Pemkab Pasbar memang telah menyetop pembelajaran secara tatap muka di semua Sekolah Dasar (SD), menyusul kembali munculnya kasus baru Covid-19 di Pasbar.
Baca juga: Perpustakaan Nagari Sasak Pasaman Barat Masuk Nominasi Lomba Tingkat Nasional
Soal anak-anak tak main ponsel di Pustaka, Dedet mengatakan memang dilarang. Namun, dia tak perlu menyampaikan hal itu ke anak-anak yang berkunjung ke Pustaka, karena mereka memang tak punya ponsel.
“Anak-anak di sekitar sini berasal dari keluarga kurang mampu. Jadi, tak perlu dilarang, mereka juga tak akan main ponsel,” ujar Dedet tersenyum.
Lagi pula, suasana ruangan Pustaka Nagari Sasak memang lumayan nyaman, dengan koleksi buku anak-anak yang menarik. Total, kata Dedet, ada lima ribuan judul buku di pustaka yang dia kelola bersama dua rekannya itu. Buku-buku itu ada yang memang dibeli sendiri, dan sebagiannya merupakan sumbangan, termasuk dari pustaka daerah.
Bukan Sekadar Pustaka
Keberadaan Pustaka Nagari Sasak ini, bukan saja sekadar memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi dari buku-buku. Bukan juga cuma menyediakan banyak koleksi buku agar warga datang sendiri untuk membaca. Lebih dari itu, Pustaka Nagari Sasak telah menjadi motor kemajuan, memerdekakan masyarakat Nagari Sasak.
Dedet yang dibantu dua rekannya, Marizska Aulia Tisa sebagai petugas administrasi, dan Riki Naldi sebagai petugas layanan teknis, punya sejumlah program unggulan. Mulai dari yang masih terkait dengan soal literasi, hingga masalah ekonomi rakyat.
Yang masih berhubungan dengan baca-membaca, Pustaka Nagari Sasak punya program yang mereka namakan “Bakadai” yang berupakan singkatan dari “Baco Buku di Kadai” (baca buku di kedai). Program ini lahir dari kondisi masyarakat Sasak yang memang sulit untuk berkunjung ke Pustaka, karena keterbatasan waktu bekerja seharian.
"Jadi program Bakadai ini, kita antarkan langsung buku-buku itu ke masyarakat. Istilahnya jemput bola. Kita pancing minat baca masyarakat dengan hadir di tengah-tengah mereka, ke warung-warung atau kedai-kedai tempat warga ramai berkumpul," ungkap Dedet.
Tiap hari Dedet dan dua rekannya dengan menggunakan “motor khusus”, bergantian mengunjungi warga di kedai-kedai. Motor khusus yang dimaksud adalah motor bebek yang dilengkapi dengan pengeras suara serta tas untuk mengangkut buku.
“Jadi, waktu kita datang, kita juga umumkan melalui pengeras suara tersebut agar warga berkumpul,” ulas Dedet.
Namun, sejak pandemi Covid-19 program Bakadai terpaksa stop dulu, karena ada larangan warga untuk berkerumun.
Berikutnya, lanjut Dedet, adalah program “Canang Nagari”. Program ini tidak saja terkait dengan kegiatan Pustaka, tetapi juga menyangkut informasi umum yang memang perlu diketahui publik. Bentuk program ini adalah berkeliling kampung menggunakan motor berpengeras suara, menyampaikan informasi publik.
Program ini mirip dengan cara pemerintah pada zaman dulu ketika mengumumkan informasi ke warga. Jika dulu, pemerintah menggunakan alat yang bernama “canang” (gong kecil) untuk mengundang perhatian warga, maka kini fungsi itu digantikan oleh motor “Canang Nagari”.
Pustaka Nagari Sasak, juga menjadi pusat pelatihan untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan. Di pustaka milik nagari itu, sejumah pelatihan yang dinilai bermanfaat langsung bagi masyarakat telah sering diadakan.
"Di antara pelatihan yang telah kita laksanakan adalah pelatihan sablon baju, pembuatan bakso ikan, manajemen produk dan pemasaran. Tujuannya agar masyarakat memiliki keahlian yang bisa menunjang perekonomian keluarganya," ujar Dedet.
Selain mendatangkan ahli, Dedet juga mengundang pelaku-pelaku usaha yang telah sukses untuk berbagi ilmu dan pengalaman ke warga Nagari Sasak.
Sejarah Pustaka dan Sumber Dana
Dedet berkisah, cikal bakal Pustaka Nagari Sasak adalah “Pojok Baca” yang didirikannya tahun 2013. Dengan segala keterbatasan, pojok baca ini aktif hingga tahun 2015. Setelah vakum selama dua tahun lebih, pojok baca kembali diaktifkan, dan berubah menjadi Pustaka Nagari Sasak pada tahun 2018.
Eksistensi pustaka ini didukung penuh oleh Pemerintah Nagari (Pemnag) Sasak dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp80 juta hingga Rp150 juta setiap tahun untuk pengelolaan pustaka.
"Pustaka Nagari Sasak ini Alhamdulillah sudah dilengkapi dengan lima ribuan judul buku, fasilitas internet (wifi), tiga petugas dan sarana prasarana penunjang lainnya. Sehingga pembaca akan merasa nyaman apabila berada di pustaka ini," papar Dedet.
Selain untuk operasional, honor petugas dan sejumlah program, dengan anggaran nagari tersebut, Pustaka Nagari Sasak juga menyelenggarakan kegiatan literasi untuk anak-anak, seperti lomba menggambar, belajar menulis, belajar bahasa Inggris, berdongeng, puisi dan lain sebagainya.
Tujuannya, lanjut Dedet, untuk membekali anak-anak dan generasi muda setempat sehingga mempunyai keahlian yang mungkin akan berguna nanti untuk masa depan mereka.
Kini, Pustaka Nagari Sasak punya fungsi tambahan, yakni menjadi salah satu destinasi wisata, khususnya bagi pencari informasi yang tidak hanya berasal dari Sasak tetapi juga warga pengunjung dari daerah lain.
“Insya Allah akan berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat luas nantinya," harap Dedet.
Namun, lanjut dia, kini berbagai program terpaksa dihentikan dulu, mengingat kembali munculnya kasus Covid-19 di Pasbar. Selain, itu anggaran untuk pustaka dari nagari juga sangat terbatas, karena sebagian anggaran nagari tersedot ke bantuan langsung tunai (BLT) untuk warga terdampak Covid-19.
"Saat ini, pustaka lebih banyak dimanfaatkan oleh anak sekolah dan mahasiswa untuk belajar online dengan memanfaatkan wifi dan komputer yang ada di sini,” ujar Dedet.
Kecuali itu, sejak beberapa waktu belakangan, Pustaka Nagari Sasak juga menjadi sekretariat mahasiswa sejumlah perguruan tinggi yang tengah melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Sasak.
Dengan berbagai program dan fungsi selama ini, tak heran pustaka ini layak dapat apresiasi yang tinggi. Pustaka Nagari Sasak ini telah menjadi motor untuk memerdekakan rakyat dari keterbatasan informasi, teknologi dan ilmu pengetahuan. [rom/pkt]