Beirut, Padangkita.com - Ledakan besar yang terjadi di pelabuhan Beirut, Libanon masih menyisakan kisah sedih. Sedikitnya 250.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah kejadian dahsyat tersebut.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan Libanon, Hamad Hassan. Ia menjelaskan, setelah beberapa ledakan susulan mengguncang, banyak bangunan hingga berbagai perabotan terlempar ke jalanan dan pecahan kaca-kaca jendela berhamburan.
Kejadian tersebut, kata Hamad, telah menewaskan 135 orang. Menurutnya, jumlah korban tewas mungkin masih akan mengalami peningkatan karena penelurusan dan evakuasi masih terus dilakukan.
Selain itu, ia juga menyatakan, lebih dari 5.000 orang cedera dan puluhan ribu orang masih hilang.
Sebelumnya, Perdana Menteri Libanon, Hassan Diab juga menyatakan Rabu (5/8/2020) menjadi hari berkabung nasional. Negara itu berada dalam keadaan berkabung selama tiga hari sejak hari tersebut.
Selain itu, Presiden Libanon Michel Aoun juga menyatkaan pemerintah setempat berada dalam kondisi darurat selama 2 pekan usai kejadian tersebut.
Dilansir dari BBC, Aoun menyatakan pemerintah akan menyiapkan dana darurat sebesar 100 miliar lira (Rp965,5 miliar).
Baca juga: Ledakan Beirut: Libanon Umumkan Kondisi Darurat dan Siapkan Rp965,5 Miliar Dana Darurat
Ledakan besar tersebut, kata Hassan Diab bersumber dari 2.750 ton amonium nitrat yang meledak di salah satu gudang yang terletak di pelabuhan Beirut.
Bahan yang digunakan untuk membuat pupuk dan bom, telah disimpan selama enam tahun di pelabuhan itu tanpa langkah keselamatan.
Diab berjanji akan mengusut kejadian tersebut dan menghukum orang yang bertanggung jawab.
“Tetapi, saya berjanji bahwa bencana ini tak akan berakhir tanpa hukuman,” ujar PM Diab. [*/try]