Padangkita.com - Guru Besar Teknik Tanah dan Air Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Isril Berd, menyatakan banjir yang melanda kota Padang, Rabu 31 Mei 2017 disebabkan permukaan kawasan tidak mampu menampung volume air yang tinggi.
Intensitas hujan yang lebat menyebabkan badan sungai tidak mampu menampung air sehingga menyebabkan banjir.
Baca juga : Walhi Sumbar: Banjir di Padang Disebabkan Alih Fungsi Lahan
“Kalau volume besar mengalir dari hulu ke hilir, badan sungai tidak sanggup menampung air, tentu melimpah,” katanya, Rabu (31/05/2017) kepada Padangkita.com.
Kota Padang denganluas 694,96 Km2, menurut Isril, hanya 30 persen yang bisa dijadikan daerah pemukiman dan kegiatan ekonomi lainnya. 70 persen merupakan hutan, atau lereng bukit barisan hutan lindung,
Dalam hal ini, Ketua Forum DAS Kota Padang ini menyebutkan, lima DAS yang ada di Kota Padang dalam keadaan kurang baik alias sudah mulai mengalami degradasi.
“Buktinya karena setiap hujan di kawasan hulu, air selalu keruh dan volume airnya cepat besar. Jadi tidak ada yang tertahan atau sedikit tertahan di hulu DAS,” ujarnya.
Kelima DAS tersebut adalah DAS Kuranji, Aia Dingin, Timbalun, Batang Kandis, dan Batang Harau.
Selain itu, dikatakannya drainase di Kota Padang, tidak seimbang dan tidak cukup untuk menampung volume air yang cukup besar saat hujan terjadi.
Dicontohkan Isril, drainase kiri - kanan jalur bypass yang dimensinya kecil. Padahal , jalur tersebut melintasi daerah rawan banjir.
“Kita bisa maklumi Pemko memperbaiki dan memperlebar drainase terganjal anggaran dan pembebasan lahan yang payah. Tapi tentunya pihak perusahaan dan masyarakat tidak membuang limbah termasuk sampah secara sembarang,” jelasnya.
“Pembersihan dan perawatan drainase kurang dilakukan. Mestinya PU melakukan hal tersebut,” sambungnya. (Yose)