Batusangkar, Padangkita.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus mematangkan pemasangan alat sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) banjir lahar atau galodo di kawasan Gunung Marapi.
Pada hari kedua peninjauan lokasi, tim BNPB menyusuri wilayah yang terdampak banjir lahar dingin di wilayah Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan ini merupakan rangkaian upaya mitigasi BNPB untuk memasang papan informasi bencana.
Papan informasi bencana bertujuan sebagai penanda untuk masyarakat yang tinggal di kawasan atau pun mereka yang melintas di area itu. Selain papan informasi, pada hari kedua survei pemasangan sistem peringatan dini atau EWS, Selasa (11/6/2024), BNPB juga melengkapi dengan rambu evakuasi.
Dengan adanya upaya ini, BNPB mengharapkan warga di wilayah rawan bahaya tidak melupakan sejarah bencana di tempat itu.
Selama survei di lapangan, tim BNPB yang dikoordinasikan Direktur Mitigasi BNPB Berton Suar Pandjaitan menerima masukan maupun informasi dari masyarakat.
Masukan tersebut berdasarkan kesaksian warga yang berhasil evakuasi dan selamat saat galodo, istilah yang dikenal warga untuk banjir bandang, terjadi tepat satu bulan lalu.
Menurut Berton, papan informasi bencana perlu ditempatkan pada jalan akses menuju pemukiman atau pun jalan umum. Ini bermanfaat kepada publik sehingga mereka mengetahui jenis ancaman bahaya di sekitar wilayah itu.
Saat berada di wilayah Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, salah satu warga bersaksi selamat dari galodo ketika di saat yang tepat ia menerima perintah evakuasi dari anaknya. Warga yang dipanggil Pak Mus ini mengatakan, anaknya yang berada di Tabek Simabur memberitahukan bahwa banjir bandang telah merusak jembatan Manunggal.
Pak Mus yang mengetahui Sungai Batang Lona yang bagian hulunya terdampak banjir lahar dingin. Ia lalu bergegas meminta para keluarga di sekitarnya untuk segera evakuasi. Arah evakuasi ini kemudian diceritakan kepada tim BNPB.
Demikian juga seorang warga dari satu nagari di Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, mengisahkan evakuasi warga saat limpasan banjir bandang menerjang kampung mereka. Arah evakuasi kembali ditunjukkan sehingga para warga berhasil selamat dari luapan banjir yang membawa material ranting dan pohon.
Di samping itu, Berton yang didampingi personel BPBD Kabupaten Tanah Datar juga menanyakan mengenai penerimaan warga atas rencana pemasangan papan informasi atau pun rambu evakuasi.
Survei Lokasi Pemasangan Sirene
Selain tim survei rambu-rambu mitigasi, tim lain yang bergerak pada hari yang sama melaksanakan survei titik lokasi pemasangan sirene peringatan bahaya galado di wilayah Kabupaten Tanah Datar.
Tim survei sirene meninjau lokasi pemasangan sirene di sepanjang aliran sungai Batang Jambu, Tanah Datar. Terdapat lima titik lokasi yang disurvei, antara lain di Bak Air Nagari Sungai Jambu, Masjid Ubudiyah di Nagari Parambahan, Masjid Nurul Huda Silabuak, Masjid Al Ikhlas Nagari Limo Kaum, dan Masjid Ihsan Nagari Rambatan.
Tim survei sirene perlu memastikan bahwa lokasi pemasangan sirene benar merupakan wilayah di jalur aliran sungai dengan potensi kerentanan bencana cukup tinggi. Adapun beberapa kriteria pemilihan lokasi penempatan sirene ini menyangkut keamanan alat dan kesiapasiagaan personel jika sewaktu-waktu BPBD menginstruksikan pembunyian sirene.
Setelah tim survei sirene memperoleh titik lokasi pemasangan yang dianggap pas, tim kemudian menemui Wali Nagari setempat untuk koordinasi awal rencana pemasangan sirene di wilayah otoritasnya.
Audiensi singkat bersama Wali Nagari ini tujuannya mendorong komitmen nagari dalam menjaga keberlanjutan sirene tanda bahaya ini. BNPB juga mendorong para Wali Nagari untuk kedepannya rutin mengajak warganya melakukan simulasi dan latihan evakuasi mandiri jika sirene dibunyikan.
Perihal tindak lanjut berikutnya, Direktorat Mitigasi akan berkoordinasi dengan BPBD dan pemerintah desa setempat untuk pemasangannya. Selanjutnya, BNPB dan BPBD Kabupaten Tanah Datar akan memberikan sosialisasi kepada warga masyarakat agar mereka memahami tujuan pemasangan papan informasi, rambu evakuasi dan sirine. Berton berharap warga dapat menjaga papan, rambu, dan sirene tersebut.
Sebelumnya, Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Udrekh menjelaskan, survei lapangan merupakan tindak lanjut dari pemetaan titik calon EWS yang sebelumnya telah dilakukan dengan survei udara, baik melalui helikopter maupun dengan menggunakan pesawat nirawak (drone).
Rencananya, kata Undrekh, sistem peringatan dini yang akan dipasang oleh BNPB berupa seperangkat sensor pengukur curah hujan dan sensor ketinggian muka air, yang hasilnya kemudian akan dibunyikan oleh sirine EWS.
"Alat ini akan terintegrasi dengan alat EWS yang telah dipasang oleh BMKG, berupa sensor cuaca di tiga titik sekitar lereng Gunung Marapi," ungkapnya.
Ia menjelaskan kegiatan ini berjalan secara pararel bersamaan dengan survei titik lokasi pemasangan EWS, BNPB juga melakukan survei titik pemasangan rambu mitigasi bencana. Tim survei didampingi langsung oleh Direktur Mitigasi Bencana BNPB Berton Suar Pandjaitan.
Baca juga: Sistem EWS Terintegrasi segera Dibangun di Gunung Marapi, Antisipasi Potensi Kerusakan
Undrekh menambahkan survei lapangan titik pemasangan EWS dan rambu mitigasi bencana akan dilakukan menyeluruh pada tiga kabupaten/kota terdampak galodo, antara lain Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam.
"Adapun jumlah alat sensor EWS yang akan dipasang sebanyak 20 alat di sepanjang aliran sungai yang berhulu ke Gunung Marapi," katanya.
[*/pkt]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News