Padang, Padangkita.com – Rendang memang merupakan kuliner asli dari Minangkabau atau Sumatra Barat (Sumbar). Namun, bukan berarti semua pengusaha rendang adalah orang Sumbar.
Di Bulgaria, bahkan telah berdiri pabrik rendang dengan kapasitas produksi 30 ton per bulan. Namanya Pabrik Rendang Bella Food yang terletak di Plovdiv, Bulgaria.
Saat ini telah berhimpun 114 pengusaha rendang dalam Asosiasi Pengusaha Rendang Indonesia. Menurut Ketua Asosisasi, Afdal Marda, mayoritas atau sekitar 65 persen anggotanya memang berada di Sumbar.
“Kita (Asosiasi) anggotanya ada 114 pengusaha rendang, uda dan uni yang tersebar di lima negara dan delapan provinsi di Indonesia. Dan, ini terus berkembang,” kata Afdal dalam keterangannya dikutip Rabu (11/10/2023).
Namun, secara berkala dan rutin, lanjut dia, asosiasi mengadakan forum diskusi secara virtual, guna membahas berbagai tantangan, khususnya untuk memenuhi permintaan pasar.
Salah seorang anggota Asosiasi Pengusaha Rendang Indonesia adalah Nenden Rospiani. Ia bukan berdomisil di Sumbar dan bukan pula berasal dari Sumbar. Namun, ia kini telah menjadi salah satu pengusaha rendang yang sukses.
Wanita paruh baya asal Bandung, Jawa Barat (Jabar) ini mengisahkan, bahwa ia telah malang melintang memasarkan rendang di pasar internasional.
Menurut dia, usaha rendangnya berawal dari usaha kecil rumah makan Padang ‘Restu Mande’ di Kota Kembang. Setelah itu, Nenden yang dari Sunda ini memberanikan diri memulai peruntungannya dengan merangsek ke pasar internasional. Ia memasarkan kuliner khas Sumbar rendang ke beberapa negara.
Kini Restu Mande bukan saja nama rumah makan, tetapi telah menjadi merek bumbu rendang yang cukup populer. Bumbu Rendang Restu Mande ini telah masuk hampir ke semua platform e-commerce.
“Restu Mande (kemudian) menjadi salah satu produk bumbu masakan padang yang masuk ke pasar ekspor,” ucap Denden bangga ketika menghadiri acara ‘Discover West Sumatra’ di Hotel Borobudur Jakarta.
Lebih jauh Nenden mengungkapkan, permintaan rendang di berbagai negara cukup tinggi. Dan itu ia alami sendiri. Bahkan, lanjut dia, pada kondisi tertentu, begitu tingginya permintaan membuatnya kewalahan.
“Kemarin saya dapat permintaan dari Arab Saudi 50 ton rendang untuk sekali kirim. Untuk skala UMKM, tentu kami belum mampu, di sinilah pentingnya komunitas agar bisa berkolaborasi,” kata dia.
Nenden sendiri sejauh ini telah menjalin kerja sama dengan berbagai rumah makan atau restoran di luar negeri.
“Kita punya banyak reseller di luar negeri, kita ada kerja sama dengan rumah makan di Australia, Amerika dan negara lainnya. Intinya bagaimana kita sebagai orang Indonesia mengampanyekan produk makanan Indonesia ke seluruh dunia,” kata Nenden.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar Endrizal mengatakan, saat ini Pemprov Sumbar memang sangat concern untuk menghadirkan UMKM mumpuni, agar mampu bersaing ke depannya.
“Ini sesuai dengan program unggulan Sumbar, yaitu mencetak 100.000 Millenial Entrepreneur, rendang termasuk didalamnya,” kata Endrizal.
Melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan, Diskop dan UMKM Sumbar senantiasa dan terus mengupayakan untuk memajukan UMKM Sumbar.
“Bagaimana (rendang) rasanya enak, artinya dari sisi kualitas, kemudian bagaimana packing-nya serta marketing atau pemasarannya,” ini yang senantiasa kita dorong,” kata dia.
Baca juga: Potensi Pasar Rendang di Indonesia dan Dunia masih Sangat Besar
Sebagai informasi, prendang semakin populer setelah terpilih peringkat pertama sebagai makanan terenak di dunia dalam ‘World’s 50 Most Delicious Foods’ versi CNN International tahun 2011.
Cita rasanya yang khas tidak hanya disukai masyarakat tertentu. Buktinya, rendang kini telah di ekspor ke berbagai negara di belahan dunia dan menjadi salah satu usaha yang menjanjikan. [*/pkt]
Baca berita Padang terbaru dan berita Sumbar terbaru hanya di Padangkita.com.