Padang, Padangkita.com - Puluhan dokter hewan dari berbagai Kabupaten kota di Sumatra Barat (Sumbar) mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas Penanganan Medis Pada Kejadian Konflik Manusia - Harimau.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar dengan dukungan dari Yayasan Arsari Djoyohadikusumo dan dilaksanakan selama tiga hari, mulai 30 Mei hingga 1 Juni 2023.
Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari konsep Quick Respon Unit BKSDA Sumbar terhadap konflik satwa utamanya harimau sumatra (Panthera tigris sondaica).
"Dimana tim Wildlife Rescue Unit ( 5 Tim WRU) di dukung Nagari Ramah Harimau (6 Nagari), serta Resort KW (10 Resort) akan dapat bergerak lebih cepat apabila terdapat dokter hewan yang mampu dan cakap serta tersebar di seluruh kabupaten di Sumbar," ujarnya lewat keterangan tertulis, Kamis (1/5/2023).
Lebih lanjut ia mengatakan, dengan demikian kecepatan dalam penanganan dan menyelamatkan Harimau Sumatra bisa jadi lebih baik.
Pihaknya menambahkan, hal ini dapat dilakukan mengingat dukungan Gubernur Sumbar melalui Surat Edaran tahun 2021 kepada seluruh kepala daerah untuk menyelamatkan harimau Sumatra di Sumbar.
"Secara aturan, hal ini dapat menjembatani baik pendanaan, pengerahan sumber daya hingga tingkat Nagari dari sisi pemerintah daerah," sambungnya.
Pelatihan ini diikuti oleh 20 dokter hewan dari 15 kabupaten yang merupakan ASN dan praktisi di LK Umum , LK khusus serta klinik satwa.
Sedangkan materi yang diberikan selain kelas dari Dr Wiratno, Kepala BKSDA Sumbar, KA RS Hewan, dan PRHSD juga praktek dengan melibatkan drh. Erni Suyanti dari BBTNBBS, LK Umum TMSBK, utamanya penanganan HS dalam konflik HS.
"Selain pelatihan, kami juga ingin membangun jejaring dan sistim komunikasi antar daerah jika terdapat konflik harimau sumatra di Sumbar. Pelibatan dokter hewan ini juga di dukung oleh Perkumpulan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumbar yang kedepan kerjasamanya akan lebih intens utamanya dalam konsep exsitu link to insitu dan sebaliknya, baik dari sisi assessment awal hingga pelepasliaran." pungkasnya.
Sebelumnya, konflik Harimau Sumatra dan manusia terjadi di Jorong Tikalak, Nagari Tanjung Beringin Selatan, Lubuk Sikaping, Pasaman, dimana satwa dilindungi tersebut akhirnya mati terjerat perangkap babi hutan di kebun milik warga.
Dari sejumlah kasus Harimau Sumatra yang terperangkap jerat, baru kali ini yang gagal diselamatkan.
Baca Juga : BKSDA Sumbar Sapu Bersih Jerat Babi Pasaman setelah Matinya Harimau Sumatra
Dari hasil nekropsi menyimpulkan adanya pendarahan pada rongga dada, adanya pendarahan pada paru-paru, pendarahan pada leher, terpapar panas matahari yang sangat tinggi dan hipoksia akut. [hdp]