Padang, Padangkita.com – Bencana gempa dahsyat di Turki dan Suriah terus mendapat perhatian para peneliti dan kalangan akademisi. Gempa yang terjadi tersebut mesti menjadi pembelajaran bagi daerah lain yang berada di daerah rawan gempa, seperti Sumatra Barat (Sumbar) atau Indonesia umumnya.
Dosen Teknik Sipil Universitas Andalas (Unand) Ir Daz Edwiza MS menyorot tentang pentingnya desain dan kualitas bangunan di daerah rawan gempa.
Ia mengingatkan, faktor gempa harus menjadi salah satu petimbangan utama dalam mendesain sebuah bangunan. Terutama di daeran rawan gempa seperti Turki dan Suriah, serta Indonesia, khususnya daerah Sumbar.
“Dalam mendesain bangunan harus memperhatikan percepatan tanah yang bisa dilakukan oleh ahli-ahli seperti yang ada di Program Studi Teknik Sipil Universitas Andalas,” ujarnya, sebagaimana dilansir laman Unand, Kamis (9/2/2023).
Menurut dia, pemerintah atau siapa saja yang akan membangun harus memperhatikan efek gempa terutama pada bangunan-bangunan yang berada di jalur gempa, seperti halnya di Sumatra Barat (Sumbar) yang dilalui sesar aktif.
“Seperti yang kita tahu gempa yang terjadi pada dini hari, Senin (6/2/2023) lalu menimbulkan korban yang sangat banyak tidak lain disebabkan oleh kegiatan lempeng yang ada di Turki termasuk lempeng aktif di dunia,” ungkapnya.
Kemudian, gempa yang terjadi di Selatan Turki merupakan gempa daratan yang dangkal, yang kedalamannya 14 km menimbulkan energi gelombang sangat kuat di atas permukaan. Sehingga, banyak bangunan roboh dan runtuh terutama bangunan yang secara struktur tidak memadai.
Lalu, lanjut dia, gempa terjadi saat orang istirahat tidur, sehingga banyak orang berada di dalam rumah. Inilah, kata dia yang menjadi salah satu peyebab banyaknya korban jiwa, karena runtuhnya bangunan.
Apalagi, gempa ini juga disusul oleh gempa dangkal lain yang magnitudo-nya cukup besar yang juga dapat menimbulkan bangunan banyak yang roboh. Sebab, sebelumnya bangunan telah dihantam gempa besar M 7.8 yang telah menyebabkan keretakkan pada beberapa sisi bangunan.
“Ini berbeda kalau dibandingkan dengan gempa yang ada di daerah kita, di Padang ataupun Aceh. Kalau Aceh, gempanya berpusat di laut menyebabkan tsunami dengan ketinggian cukup besar dengan korban yang juga cukup banyak. Sedangkan gempa di Padang yang terjadi 2009, termasuk gempa yang menimbulkan korban. Pusat gempa berada di laut, tetapi dangkal sehingga bangunan yang ada di tepi Pantai Padang banyak runtuh,” terangnya.
Itulah, kata Daz Ediwa, yang membedakan antara gempa yang melanda Turki baru-baru ini dengan gempa yang pernah melanda Padang dan Aceh.
Baca juga: Belajar Logistik Bencana dari Gempa Turki dan Suriah, Ini Penjelasan Peneliti Unand
“Tentu ke depannya harus membuat suatu program bagaimana kalau membangun harus mempertimbangkan dan memperhatikan efek gempa ini, terutama bangunan-bangunan yang dilalui sesar aktif,” pungkasnya. [*/pkt]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News