Padangkita.com - Mengajarkan sikap disiplin kepada anak merupakan salah satu tantangan bagi orangtua. Apalagi kemudian anak terlanjur memiliki perilaku yang buruk. Dan sering kali, orangtua bingung mengatasinya.
Banyak kemudian orangtua mengabaikan pendidikan disiplin, demi menghindari tangis anak bila keinginan mereka tak dituruti. Beberapa orangtua mengaku stres dan malu, bila melihat anak mereka sampai bergulingan di tanah sambil menangis dan berteriak meminta dibelikan apa yang mereka inginkan.
Di satu sisi, orangtua sadar bahwa menuruti setiap keinginan anak bukanlah hal yang baik, tapi di sisi lain, menjadi tontonan khalayak ramai pun sangat menyesakkan dada.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait dengan hal itu, pertama, bahwa perilaku buruk pada balita sesungguhnya adalah hal yang bisa dikatakan normal, karena mereka sedang dalam proses memahami diri dan emosi mereka.
Kedua, sebagai orangtua, adalah kewajiban kita untuk membantu anak-anak kita belajar bagaimana mengenali dan mengendalikan diri mereka sendiri.
Bagaimana strategi untuk mendisiplinkan anak? Pahami, bahwa mengajarkan batasan pada anak, belajar mengatakan “tidak” pada anak, dan membina anak untuk mempraktekkan perilaku yang baik adalah penting dalam proses pendisiplinan. Bantu anak-anak untuk melalui setiap fase hidupnya dengan disiplin yang penuh kasih, karena hal ini merupakan bagian integral dari pembangunan karakternya, yang sangat dibutuhkan untuk membantunya tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang baik dan sehat di masa remaja dan dewasanya. Dan harus kita akui, ini tak mudah.
Ada 4 langkah efektif untuk memperbaiki perilaku anak :
Cepat dan amankan
Langkah pendisiplinan itu berbeda-beda pada setiap tahap perkembangan anak. Untuk anak remaja, kita mungkin bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengajaknya bicara, berdiskusi, dan memberikan pemahaman tentang perilaku dan pelanggaran yang mereka lakukan.
Tapi, untuk anak-anak balita, kita harus memahami bahwa audiensi mereka sangat singkat. Kita tak bisa mengajak mereka, atau bahkan mengomeli mereka lama-lama. Yang harus kita lakukan adalah bertindak cepat untuk memperbaiki perilaku mereka dan menempatkan mereka ke tempat yang aman, untuk menghindari penyerangan secara fisik. Misalnya, ketika anak Bunda merebut mainan milik temannya, maka segera tengahi keduanya dan katakan pada anak Bunda, “kita tak merebut mainan milik teman”. Lalu bawa ia menjauh dari temannya sejenak, sambil mengatakan padanya, “kita main bersama lagi kalau kamu sudah tenang dan mau meminjam dengan baik”.
Pada prakteknya, kejadian semacam tadi akan selalu berulang. Kita tak bisa mengharapkan dalam seketika itu juga anak berubah menjadi baik dan disiplin. Disinilah tugas kita untuk selalu mendisiplinkan anak dengan penuh kasih dan kesabaran. Karena ala bisa karena biasa. Semakin anak dibiasakan untuk berperilaku baik, maka perilaku baik itulah yang akan menjadi kebiasaannya.
Konsisten
Langkah kedua dalam memperbaiki perilaku anak adalah konsistensi. Ya, konsisten. Jangan pernah remehkan anak-anak Bunda! Mereka sangat cerdas dan mahir merasakan keragu-raguan orangtua mereka. Terlebih lagi, bila orangtua mereka sendiri tak kompak. Mereka akan sangat mudah menemukan “celah” untuk bisa lolos dari pendisiplinan. Misalnya, di awal, Bunda sudah memutuskan bahwa dalam sehari mereka hanya boleh menonton TV selama 1 jam. Maka konsistenlah. Jangan goyah dengan rengekan atau rayuan mereka. Bila perlu, sebelumnya Bunda bisa membuat kesepakatan bersama terlebih dahulu dengan anak Bunda. Jadi, ketika mereka mencoba “melobi” Bunda, Bunda tetap bisa memegang kendali. Bunda bisa mengatakan, “ini kesepakatan yang sudah kita buat”. Dan bila mereka terus merengek, katakan, “kita tak melanggar kesepakatan, karena bila itu dilanggar itu artinya tak ada menonton sama sekali,”.
Berikan pilihan
Anak-anak seringkali merasa bahwa kehidupan mereka terlalu banyak disetir oleh orangtua. Mereka tak memiliki kebebasan untuk memilih apa yang mereka inginkan. Karena itulah, kita sebagai orangtua pun sebaiknya memberikan mereka kesempatan untuk menentukan pilihan mereka. Memberikan kesempatan memilih bukan berarti mereka dilepas begitu saja, kok. Tapi, kita bisa membantu mengarahkan mereka juga dan memberitahu mereka baik dan buruknya setiap pilihan yang ada.
Ajarkan tentang konsekuensi
Anak-anak perlu diajari tentang konsekuensi, baik positif maupun negatif. Sepanjang hidup, setiap perilaku memiliki konsekuensi.
Sesungguhnya mendisplinkan anak tak pernah mudah, tapi bukan tak mungkin untuk dilakukan. Dibutuhkan waktu, usaha, dan energi yang kesemuanya itu harus selalu kita sediakan dalam proses pendidikan mereka. Ingatlah bahwa semua proses ini anak membuahkan hasil yang baik, bila kita pun menjalaninya dengan konsisten dan sabar.