30 Kata-kata Pepatah Minangkabau, Kaya Makna dan Buat Pribadi Lebih Bijaksana

30 Kata-kata Pepatah Minangkabau, Kaya Makna dan Buat Pribadi Lebih Bijaksana

Ilustrasi Rumah Gadang simbol Minangkabau. [Foto: Fauzan291/pixabay.com]

Padang, Padangkita.com - Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang dituturkan oleh suku Minangkabau. Masyarakat suku ini mayoritas berada di Sumatra Barat.

Dalam berinteraksi antar sesama, orang Minangkabau pada zaman dahulu kerap menggunakan kata-kata pepatah.

Kata-kata pepatah ini merupakan ungkapan atau peribahasa. Kata-kata pepatah ini terdiri atas kalimat yang ringkas padat berisi perbandingan dan perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku.

Lewat kata-kata pepatah, orang Minang akan mengiaskan maksud tertentu kepada lawan bicaranya. Lewat kata-kata pepatah, orang Minang juga bisa mematahkan lawan bicaranya.

Namun sayang, kiwari, kata-kata pepatah Minangkabau semakin jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Orang Minang bahkan banyak yang tidak lagi mendengar atau bahkan mengetahui kata-kata pepatah itu apalagi memahami artinya.

Padahal, kata-kata pepatah Minangkabau tersebut sarat dengan makna dan filosofi hidup. Kata-kata pepatah Minangkabau ini berisi pesan dan nasihat sehingga bisa dijadikan sebagai pegangan dalam bersikap, membuat pribadi lebih bijaksana, bahkan prinsip hidup orang Minang.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 30 kata-kata pepatah Minangkabau beserta artinya.

1. Bak mencari jajak dalam aia, bak mancari pinjaik dalam lunau.
Mencari sesuatu yang mustahil didapat, walaupun sesuatu itu ada

2. Gadang tungkuih indak barisi, gadang galogok tak bamalu.
Seseorang yang berlagak sombong dan angkuh biasanya dia kurang memiliki rasa malu.

3. Bak balam talampau jinak, gilo maangguak-angguak tabuang aia, gilo mancotok kili-kili.
Seseorang yang sifatnya terlalu cepat mempercayai orang lain, tanpa mengetahui sifat orang lain tersebut terlebih dahulu.

4. Hari baiak dibuang-buang, hari buruak dipagunokan.
Seseorang yang tiada senang membuang waktu yang baik, dan memakai waktu yang banyak untuk hura-hura.

5. Hari sahari diparampek, hari samalam dipatigo.
Seseorang yang pandai mempergunakan waktu dalam hidupnya.

6. Gilo dimabuak bayang-bayang, gilo maukia kayu tagak.
Seseorang yang terlalu hidup dalam khayalan, tetapi tidak mau berusaha.

7. Muluik manih talempong kato, baso baiak gulo di bibia.
Seseorang yang berbicara dengan lemah lembut dan baik susunan bahasanya.

8. Galogok kuciang ka naiak, bak mancik palajang atah.
Seseorang yang senantiasa tergesa-gesa dalam setiap pekerjaan, tetapi hasilnya sangat mengecewakan.

9. Condong jan kamari rabah, luruih manantang barieh adat.
Di dalam pergaulan hendaklah memiliki pendirian yang kokoh dan selalu di jalan yang benar.

10. Dek ketek taanjo-anjo, lah gadang tabao-bao, lah tuo tarubah tido, sampai mati manjadi parangai.
Setiap pekerjaan yang biasa mengerjakannya semenjak kecil baik atau buruk, akan sukar untuk merubahnya, bahkan sampai mati tetap akan merupakan pakaian pada dirinya.

11. Bak baluik digutiak ikua, bak kambiang tamakan ulek.
Seseorang yang mempunyai sifat dan tingkah laku yang kurang sopan dan tidak memperhatikan orang lain yang tersinggung karena perbuatannya.

12. Bak sibisu barasian, takana lai takatoan indak.
Seseorang yang tidak sanggup menyebut dan mengemukakan kebenaran, karena memiliki keragu-raguan dalam pengetahuan yang dimiliki.

13. Dihanyuik ka aia dareh, dibuang katah lakang.
Membuang segala sifat-sifat yang jelek dan meninggalkan segala perbuatan yang tercela, tidak ingin mengulang Kembali.

14. Alah baulah jo bapatuik, makanan banang siku-siku, kato nan bana tak baturuik, inginan batin baliku-liku.
Salah satu ciri rusaknya mental seseorang adalah dia enggan ketika ada orang yang mengajaknya tentang kebaikan. Seakan-akan hati dan pikirannya telah diracuni oleh keburukan-keburukan.

15. Makasuik hati mamaluak gunuang, apo dayo tangan indak sampai.
Seseorang yang mempunyai cita-cita tinggi, tetapi tidak ada kemampuan untuk mencapainya.

16. Gadang ombak caliak ka pasianyo, gadang kayu calik ka pangkanyo.
Menilai seseorang jangan dari pakaiannya, tetapi nilailah dari pengetahuan dan budi pekertinya.

17. Bak tapijak di baro angek, bak cando lipeh tapanggang.
Seseorang yang sifatnya tergesa-gesa, dan berbuat tanpa memikirkan akibat.

18. Bak galagak gulai kincuang, bak honjak galanggang tingga.
Seseorang yang berlagak pandai dalam sesuatu, tetapi yang sebenarnya kosong belaka.

19. Bak balaki tukang ameh, mananti laki Pai maliang.
Menunggu suatu yang sulit untuk dicapai, karena kurang tepatnya perhitungan dan harapan yang tak kunjung tercapai.

20. Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek pancarian.
Kebudayaan asli suatu bangsa dikalahkan oleh kebudayaan orang lain.

21. Aia diminum raso duri, nasi dimakan raso sakam.
Seseorang yang sedang menanggung penderitaan batin.

22. Anyuik labu dek manyauk, hilang kabau dek kubalo.
Mengutamakan sesuatu yang kurang penting, hingga yang terpenting tinggal karenanya.

23. Anak ikan dimakan ikan, gadang ditabek anak tenggiri. Ameh bukan, perak pun bukan, budi saketek rang haragoi.
Hubungan yang erat sesama manusia, bukan karena emas dan perak tetapi lebih diikat Budi yang baik.

24. Adat biaso kito pakai, limbago nan samo dituang, nan elok samo dipakai, nan buruak samo dibuang.
Yang baik sama dipakai, yang buruk sama ditinggalkan.

25. Bajalan paliharolah kaki, bakato paliharolah lidah.
Berhati-hatilah dalam berjalan, begitu juga dalam berbicara, sehingga tidak menyakiti orang lain.

26. Bunyi kecek marandang kacang, bunyi muluik mambaka buluah.
Seseorang yang besar bicara, tetapi tidak ada memberi hasil.

27. Elok diambiak jo etongan, buruak dibuang jo mufakaik.
Setiap yang tidak baik, dibuang baik-baik dengan perhitungan dan musyawarah. Begitu pun yang baik perlu diambil dengan musyawarah.

28. Dek ribuik rabahlah padi, dicupak Datuak tumangguang, hiduik kalau indak babudi, duduak tagak kamari tangguang.
Seseorang yang tidak berbudi pekerti yang baik, maka hidupnya dalam masyarakat serba susah dan sukar mendapatkan teman.

29. Kok alah sampai di hulu, balunlah pulo sacukuiknyo, dek kokoh niniak nan dahulu, kunci nan limo pambukaknyo.
Nenek moyang Minangkabau pemikirannya jauh memandang ke depan untuk masa anak cucu dengan mempergunakan panca Indra yang lima.

Baca Juga: 5 Kata Bahasa Minang yang Unik dan Cenderung Terdengar Ganjil

30. Bapuntuang suluah sia, baka upeh racun sayang batabuang, paluak pangku adat nan Kaka, ka langik tuah malambuang.
Kalau ajaran adat Minangkabau benar-benar dapat diamalkan oleh anggota masyarakat, maka masyarakat itu akan menjadi masyarakat yang tinggi peradabannya dan kuat persatuannya. [fru]

Baca Juga

Pembangunan Sumbar Era Prabowo dari Perspektif Kolaborasi Politik: 'Manjuluak' dan 'Maelo'
Pembangunan Sumbar Era Prabowo dari Perspektif Kolaborasi Politik: 'Manjuluak' dan 'Maelo'
Nobar Film 'Sadang di Bawah', Mahyeldi Dukung Industri Kreatif Lokal Minang
Nobar Film 'Sadang di Bawah', Mahyeldi Dukung Industri Kreatif Lokal Minang
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Roberia Apresiasi Seminar tentang Pendidikan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Minangkabau
Roberia Apresiasi Seminar tentang Pendidikan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Minangkabau
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Gubernur Sumbar Mahyeldi Raih Berbagai Penghargaan Sepanjang 2024
Gubernur Sumbar Mahyeldi Raih Berbagai Penghargaan Sepanjang 2024