Sungai Penuh, Padangkita.com - Puluhan perantau Kerinci di Kuala Lumpur, Malaysia asal Tanjung Tanah, Kabupaten Kerinci, Jambi pulang kampung demi menyaksikan acara Kenduri Sko yang digelar pada Jumat-Sabtu (13-14/5/2022). Salah seorang perantau, H. Asmawi (72 tahun) mengatakan, dirinya datang bersama 60 orang perantau.
"Di Kuala Lumpur, ada Kampung Kerinci yang penduduknya semua orang Kerinci. Setiap Kenduri Sko digelar, kami (perantau) selalu pulang, pakai pesawat atau kapal feri. Tua muda, pulang semua," ujar H. Asmawi kepada Padangkita.com, Sabtu (15/5/2022).
Ia mengungkapkan, dirinya sudah lebih 50 tahun merantau dan terakhir pulang menyaksikan Kenduri Sko tujuh tahun yang lalu. Momen Kenduri Sko yang digelar 5-7 tahun sekali ini, kata dia, merupakan kesempatan bisa saling bertemu dengan anggota keluarga di kampung halaman.
"Jika tidak ada Kenduri Sko, kita payah jumpa. Selama rangkaian acara Kenduri Sko, yang di rantau pulang, sedangkan yang di kampung tidak boleh keluar kemana-mana. Ini jadi momen untuk berkumpul dengan semua anggota keluarga," sambungnya.
Menurut H. Asmawi, kekompakan masyarakat untuk menyukseskan acara Kenduri Sko begitu terasa. Hal itu membuat dirinya tak pernah absen untuk pulang mengikuti Kenduri Sko dan merasa sedih bila tidak pulang.
"Walaupun kami (perantau) tidak bawa uang banyak untuk disumbangkan, tapi hati kami senang. Seminggu sebelum Kenduri Sko digelar, kami sudah berada di kampung," kata dia.
H. Asmawi bermukim di Kampung Kerinci Kuala Lumpur, Malaysia sejak usianya masih 18 tahun. Saat itu, ia diboyong oleh sang ayah yang juga perantau. Sesuai namanya, Kampung Kerinci merupakan kawasan permukiman yang dihuni oleh orang-orang Kerinci.
Ia berkisah, Kampung Kerinci di Kuala Lumpur diteroka oleh perantau Kerinci asal Tanjung Tanah pada abad ke-19. Ia menyebut jumlah perantau asal Tanjung Tanah di sana saat ini sekitar 1.000 orang.
"Orang Kerinci yang membuka kawasan tersebut. Dulunya hutan. Nenek moyang kamilah yang mendirikan permukiman pertama kali dan mendirikan usaha di sana," terang H. Asmawi yang merupakan mantan karyawan perusahan swasta di Malaysia.
Setiap acara Kenduri Sko di Tanjung Tanah, H. Asmawi selalu pulang. Ia mengenang, dulu dirinya pernah tidak memiliki ongkos sema sekali untuk pulang, tetapi berkat bantuan para perantau lainnya, akhirnya ia bisa ikut.
"Di sana, kami ada Persatuan Orang Kerinci. Ada yang bekerja di pemerintahan, anggota dewan, jadi pengusaha. Kami juga memiliki perkuburan di sana," tutur H. Asmawi.
Baca juga: Kenduri Sko, Cara Masyarakat Kerinci Awetkan Naskah Melayu Tertua Berusia Hampir 600 Tahun
Pemerintah Kuala Lumpur, Malaysia, kata dia, begitu menghargai jasa-jasa orang Kerinci dalam pembangunan kota. Bahkan, ada sebuah museum di sana yang khusus dibangun untuk mengabadikan sejarah dan budaya Kerinci. [den/pkt]