Padang, Padangkita.com – Meski secara umum perekonomian melambat, Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Sumatra Barat (Sumbar) akan tumbuh lebih baik pada 2022, pada kisaran 4,2% hingga 5%.
"Ekonomi Sumbar 2022 dipengaruhi oleh mobilitas dan aktivitas ekonomi yang kian membaik," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat (Sumbar), Wahyu Purnama, dalam Diseminasi Laporan Perekonomian Sumatra Barat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, Selasa (29/3/2022)
Menurut Wahyu, proyeksi membaiknya perekonomian Sumbar didasari oleh beberapa faktor, seperti vaksinasi Covid-19 yang terus berjalan mendorong normalisasi aktivitas ekonomi.
Kemudian, harga komoditas unggulan CPO (crude palm oil) dan karet yang masih tinggi 2022 dan membaiknya sektor pariwisata seiring dengan mobilitas yang meningkat.
Namun demikian, kata dia, beberapa risiko penahan pertumbuhan ekonomi 2022 tetap perlu diantisipasi, seperti munculnya beberapa varian baru Covid-19 sehingga menahan proses pemulihan ekonomi serta konflik Ukraina-Rusia memburuk yang memberikan tekanan kepada perekonomian global.
Selain itu, Wahyu juga mengingatkan tekanan inflasi pada 2022 yang diperkirakan juga meningkat. Pada 2021 inflasi Sumbar tercatat rendah yaitu sebesar 1,40%, atau lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi pada tahun 2020 yang sebesar 2,11%.
Realisasi inflasi Sumbar pada 2021 ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi nasional yang sebesar 1,87%.
"Akan tetapi ia mengingatkan pada Februari ini angka inflasi Sumbar sudah mencapai 2,77%, ini harus diwaspadai hingga akhir tahun," katanya.
Pada sisi lain ia melihat perekonomian Sumatra Barat cenderung tumbuh melambat setiap tahun seiring kinerja lapangan usaha utama daerah yang trennya menurun.
"Pangsa lapangan usaha pertanian dan industri pengolahan dalam tren menurun, diikuti laju pertumbuhan yang melambat," imbuhnya.
Wahyu Purnama mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, Sumbar perlu mengembangkan sumber pertumbuhan ekonomi baru sebagai lokomotif perekonomian ke depan.
Ia melihat kedatangan wisatawan memiliki dampak yang luar biasa dalam menggerakkan begitu banyak kegiatan sektor lain, seperti perhotelan dan restoran, transportasi, produk kerajinan dan industri olahan makan/minum, dan jasa.
Baca juga: Survei 1 Tahun Mahyeldi-Audy: Tidak Baik Soal Regulasi Perbaikan Ekonomi dan Penanganan Pandemi
"Pariwisata berpotensi menjadi lokomotif baru perekonomian Sumatera Barat karena memiliki efek ganda yang luas," ujarnya. [*/pkt]