Painan, Padangkita.com - Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan wisata Pantai Carocok Painan, Pesisir Selatan (Pessel) mengeluh karena omzet penjualan turun drastis sejak direlokasi ke kawasan parkir oleh pemerintah setempat.
Salah seorang PKL, Eni, 37 tahun, mengatakan, ia memang setuju relokasi yang diatur pemerintah daerah melalui kolaborasi sejumlah dinas terkait. Namun, setelah mengikuti aturan tersebut, yang terjadi adalah turunnya transaksi jual beli.
"Memang menurun. Kalau di tempat yang lama, hari biasa jual beli saya mencapai ada Rp600 ribu hingga Rp1 juta, sekarang untuk dapat Rp100 ribu saja susah," ujarnya kepada Padangkita.com (13/1/2022).
Menurut ibu empat anak itu, pemerintah daerah mesti bertindak bijak dalam mengambil sebuah keputusan. Di satu sisi, relokasi pedagang memang dapat menata kawasan wisata lebih baik.
Tapi, lanjut dia, apa gunanya, jika omzet PKL menurun, yang berdampak kepada perekonomi masyarakat. Sehingga kebijakan yang diambil tidak lagi pro-rakyat. Akibatnya, bisa menambah jumlah penduduk miskin di daerah ini.
"Mau tidak mau kita setuju aturan dari pemerintah. Pemerintah ini kan demi yang terbaik untuk kita sebenarnya. Tapi, setelah dijalani seperti ini pula. Jadi, coba lebih cerdas lagi," tuturnya.
Eni menuturkan, area parkir yang ditempati PKL untuk berdagang saat ini belum sepenuhnya dikunjungi oleh pengunjung. Pasalnya, separuh area masih dugunakan untuk parkir.
Sementara, kawasan depan panggung utama Carocok Painan yang sebelumnya ditempati pedagang kini juga ditempati parkir mobil pengunjung.
"Dulu, ceritanya kan tidak seperti itu. Tempat itu, dibiarkan kosong saja. Kini, pengunjung turun dari mobilnya pergi ke ikon Carocok dan Masjid Terapung, lalu naik mobil lagi dan pergi. Nah, kami dapat apa? Kawasan pedagang tak dilalui, memang ada sih ada satu-satu, tapi cukup jarang,” keluhnya.
Ia berharap, PKL juga bisa berdagang di kawasan taman dekat Masjid Terapung. Lokasi itu, kata Eni, dapat diatur lebih baik tanpa mengurangi nilai keindahan objek wisata.
Pasalnya, di sekitar lokasi itu, banyak pengunjung yang datang lalu-lalang sehingga bisa berdampak terhadap transaksi jual beli pedagang.
Senada dengan Eni, PKL lainnya bernama Opet, 41 tahun, menyatakan selain karena faktor area relokasi, pengunjung juga banyak yang membawa bekal makanan dari luar.
"Jadi, sering kami jumpai seperti itu. Pengunjung datang bawa bekal. Mulai dari tikar hingga makanan dan snack. Mereka hanya meninggalkan sampah. Kami pedagang dapat apa? Jadi, penonton saja! Sampah-sampahnya kadang kami yang ngumpulin," ujarnya.
Ia berharap, ada aturan yang melarang pengunjung yang datang ke Carocok Painan membawa makanan. Kemudian, harga makanan juga diatur sehingga tidak mahal atau berap bagi pengunjung.
"Biar adil dan merata. Coba pula, buat aturan ditetapkan harga makanan dan minuman di warung-warung wisata ini. Kalau kami yang atur, nanti ribet. Ada yang jual segini dan ada yang jual segitu," katanya lagi.
Sebelumnya, Kepala Dinas Satpol PP dan Pemadam Pessel, Dailipal mengatakan, lapak PKL yang ditertibkan tersebut dinilai telah melanggar Perda Nomor 1 Tahun 2016 tentang Ketentraman Masyarakat dan Ketertiban Umum Pasal 16 tentang Tertib Pedagang Kaki Lima.
Baca juga: Belasan Lapak PKL di Pantai Carocok Painan Ditertibkan
"Penertiban ini, karena mereka telah melangggar Perda Nomor 1 Tahun 2016 dan ada puluhan lapak yang kami tertibkan, tujuannya adalah untuk kenyamanan bersama," ujarnya. [amn/pkt]