Painan, Padangkita.com – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M. Zein Painan kini punya pemimpin baru, menyusul dilantiknya dr Harefa sebagai direktur yang baru menggantikan dr Sutarman.
Menurut Bupati Pesisir Selatan (Pessel), Rusma Yul Anwar, Harefa memang pantas menakhodai RSUD M Zein. Harefa adalah dokter spesialis penyakit dalam, yang kata Rusma, merupakan kebutuhan untuk kemajuan pengelolaan RSUD M. Zein Painan ke depan.
"Harefa merupakan sosok yang tepat untuk memimpin RSUD Dr.Muhammad Zein Painan. Mudah-mudahan, ditangan beliau kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit ini akan semakin baik ke depan," kata Rusma.
Ia berharap, Harefa segera melakukan pembenahan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, terutama saat pandemi Covid-19 ini.
Harefa lahir di Lubuk Sikaping, Pasaman, 3 Januari 1973. Ia alumni Fakultas Kedokteran Universitas Andalas tahun 1997.
Jenjang karirnya dimulai dari tahun 2002, ketika dipercaya sebagai Kepala Puskesmas Sungai Bengkal, Kabupaten Tebo, Jambi. Pada tahun 2004, ia pulang kampung ke Sumatra Barat (Sumbar), dan mengabdi di Puskesmas Singkarak, Kabupaten Solok sebagi Kepala Puskesmas.
Pada tahun 2010, Harefa berhasil menamatkan pendidikan Spesialis Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dan menjadi dokter spesialis penyakit dalam di RSUD M. Zein Painan.
Tahun 2020, dr. Harefa berhasil menamatkan Studi Spesialis Tingkat 2 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sementara itu, pengalaman di organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), antara lain, pernah menjabat sebagai Ketua IDI Cabang Pesisir Selatan, dan saat ini masih menjabat sebagai Sekretaris IDI Wilayah Sumatra Barat.
RSUD Banyak Utang
Sebelumnya, Rusma Yul Anwar mengungkap alasan penggantian Direktur RSUD M. Zen Painan, dari dr. Sutarman kepada dr Harefa. Rusma menilai Sutarman tidak mampu mengelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan baik.
Selama ini, kata dia, manajemen RSUD tidak bekerja dengan baik, sehingga timbul utang yang mencapai miliaran rupiah. Bahkan, lanjut dia, banyak laporan dari masyarakat terkait buruknya kinerja manajemen buruk.
"Jadi, saya tidak ingin lagi mendengar utang RSUD yang mencapai miliaran rupiah itu," ungkap Rusma, sebagaimana dikutip Antara, Jumat (29/10/2021).
Sutarman mengakui adanya utang BLUD yang mencapai miliaran rupiah. Utang rumah sakit itu, kata dia, terjadi akibat tingginya beban biaya penanganan Covid-19.
Selama ini, lanjut dia, penanganan menggunakan kas RSUD. Sementara, Kementerian Kesehatan hingga kini masih belum membayarkan klaim biaya percepatan penanganan Coovid-19, dengan nominal mencapai Rp40 miliar.
Baca juga: Baru 20 Persen, Arteria Dahlan Apresiasi Upaya Pemkab dan Polres Pessel Capai Herd Immunity
"Kami sudah berkali-kali mengajukan tagihan, tapi masih juga belum ada respons dan pihak kementerian," ujar Sutarman. (*/pkt)