
Ilustrasi Sawah (Foto: Pexels)
Padangkita.com – Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sumatera Barat Candra menyarankan petani di sejumlah lokasi di wilayah timur Sumbar untuk tidak menanam tanaman padi. Menurut Candra, hal itu mengingat adanya potensi kekeringan yang akan terjadi bulan Mei mendatang sebagaimana diramalkan BMKG Sumbar.
“Beberapa lokasi di wilayah timur sudah kita ingatkan agar tidak menanam padi, seperti di beberapa titik di Lima Puluh Kota, Payakumbuh, Tanah Datar (Lintau ke atas), Sijunjung, Dharmasraya, dan Sawahlunto. Memang sudah rutinitas tiap tahun,” kata Candra kepada Padangkita.com, Senin (05/02/2018).
Menurut Candra, wilayah timur memang sering mengalami kekeringan pada musim kemarau. Daerah yang paling sering mengalami masalah ini, di antaranya Limapuluh Kota, Tanah Datar (Lintau ke atas), dan Dharmasraya. Sementara itu, untuk wilayah barat, dinilai relatif aman karena dengan pantai. Wilayah barat, kata dia, sangat jarang tidak mengalami hujan dalam tempo sebulan.
Sebagai opsi, Candra menyarankan petani untuk menanam palawija, seperti jagung. Tidak seperti padi yang butuh banyak pasokan air, tanaman palawija tidak terlalu membutuhkan banyak air. Namun, bila petani masih ingin menanam juga, pihak pemerintah sudah menyiapkan pompa air untuk mengatasi kekeringan.
“Kalau tanam palawija, petani tidak akan kelabakan mencari air bila terjadi kekeringan,” ujar Candra.
Ia melanjutkan, di tiap-tiap Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Kodim di Sumbar sudah mempunyai brigade alat mesin pertanian (alsin). Brigade tersebut siap untuk mengatasi lahan pertanian yang mengalami kekeringan. Andai tidak cukup, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sumatera Barat juga punya alat tambahan saat dibutuhkan.
Meski sejumlah lokasi di Sumbar saat ini mengalami cuaca panas, terutama di wilayah barat (pantai), mulai dari Pessel sampai Pasaman Barat, Candra mengaku belum menerima laporan soal adanya lahan pertanian yang mengalami kekeringan. Hal itu karena masih adanya irigasi dan aliran air sungai. Biasanya kalau terjadi kekeringan atau masalah lainnya di lapangan, petugas pengamat hama penyakit (PHP) akan membuat laporan dan melakukan tindakan.
“Daerah Barat, mulai dari Pessel sampai Pasaman Barat, itu mulai kering. Cuma sekarang kan irigasinya masih banyak. Aliran-aliran sungai masih ada. Tapi nanti bila ada masalah kekeringan, selama ada sumur tancap atau sumber air, akan kami datangkan pompa,” ujarnya.
Pihak BMKG Ketaping, Pariaman, Sumbar membenarkan bahwa memang ada potensi terjadi kekeringan di Sumbar, meski potensinya kecil. Menurut Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping Padangpariaman Budi Samiaji, kekeringan di wilayah Sumbar paling lama hanya berlangsung satu hingga dua minggu karena Sumbar dekat dengan Samudera Hindia.
“Tidak seperti di Jawa yang sampai berbulan-bulan. Kekeringan di Sumbar palingan hanya satu hingga dua minggu. Kering memang, tapi masih pada kategori yang tidak parah,” ujarnya.