Fasilitas Bandara di KEK Mentawai Ganggu Habitat Penyu

Fasilitas Bandara di KEK Mentawai Ganggu Habitat Penyu

Ilustrasi penyu. (Foto: disunting dari cover buku Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Penyu 2016-2030), Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP)

Lampiran Gambar

Ilustrasi penyu. (Foto: disunting dari cover buku Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Penyu 2016-2030), Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP)

Padangkita.com – Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mentawai tidak hanya dinilai merugikan masyarakat setempat sebagai pemilik lahan, tetapi juga ekosistem di kawasan itu.

Peneliti Konservasi Penyu Universitas Bung Hatta (UBH) Harfiandri Damanhuri mengatakan rencana pembangunan bandar udara (bandara) di Pasakiat Taileleu, sebagai bagian dari KEK Mentawai berpotensi mengganggu situs pendaratan penyu di kawasan tersebut.

Rencana pembangunan bandara yang termasuk program KEK Mentawai di Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai itu sangat berdekatan dengan kawasan Konservasi Perairan Selat Bunga Laut.

Baca juga: KEK Mentawai Dinilai Bakal Rugikan Masyarakat dan Lingkungan

Menurut Andri, sapaannya, saat ini Sumbar memiliki 124 situs pendaratan penyu yang separuh di antaranya berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Di situ-situs tersebut, ada empat jenis penyu yang mendarat, yaitu penyu hijau, penyu belimbing, penyu sisik, dan penyu lekang.

Pembangunan bandara di sekitar kawasan itu setidaknya akan berdampak langsung terhadap lima situs, yaitu situs Matu Barat 1 dan 2, Majeneng, Maunu, dan Karema. Jika kondisi ini berlangsung lama, situs lainnya yang berdekatan seperti situs Pegu, Karamajat, Niau, Jujuat, Roniki, dan Botik Timur.

“Saran saya, tidak usah dibangun bandara di sana. Solusinya bisa dengan mengadakan pendaratan pesawat di laut ataupun dengan memaksimalkan bandara yang sudah ada dengan mengandalkan boat cepat,” ujar Andri, Selasa (16/01/2018).

Andri menjelaskan, keberadaan bandara di sana akan mengganggu penyu yang akan mendarat untuk bertelur. Penyu, kata dia, tidak suka dengan gangguan suara, cahaya, dan pencemaran.

Jika mengalami gangguan, penyu pun akan pergi mencari pulau lain yang pernah didatanginya untuk bertelur. Kondisi itu tentu sangat disayangkan, sebab keberadaan penyu di suatu pulau merupakan indikator bahwa pulau tersebut masih asri.

Dilanjutkannya, penyu mau bertelur di suatu pulau karena pulau tersebut memiliki pasir yang gembur, halus, bersih, dan pantai yang indah karena adanya vegetasi-vegetasi lainnya, seperti pandan laut.

Pandan laut, selain sebagai penunjuk bau, juga berfungsi sebagai pengatur kelembaban agar kelembaban telur terjaga.

Keseimbangan suhu sangat berpengaruh untuk menyeimbangkan rasio jenis kelamin anak-anak penyu. Kalau terlalu panas, akan banyak anak penyu yang betina, sedangkan terlalu lembab akan banyak anak penyu yang jantan.

“Saya mengharapkan pembangunan KEK Mentawai bisa ramah lingkungan, tidak terlalu banyak bangunan fisik, tidak menebang pohon, menggunakan jalan-jalan alami, dan sebagainya. Itu yang dimau orang sebenarnya, tidak kota gemerlapan seperti Singapura,” ujarnya.

Untuk diketahui, Pemkab Mentawai tengah mengajukan pembangunan KEK Pariwisata Mentawai. Pembangunan di lahan 2.600 hektare itu mengandeng investor Sentosa Grup.

Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit menyampaikan bahwa pengusulan KEK Mentawai saat ini tinggal menunggu AMDAL dan rekomendasi dari gubernur.

Menurutnya, investor sudah menyelesaikan 16 dari 18 persyaratan yang ada. Ia pun mengharapkan pengusulan KEK Mentawai bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Baca Juga

Riyono Ungkap 10 Dampak Serius Ekspor Pasir Laut, Mulai dari Ekologis hingga Konflik Sosial
Riyono Ungkap 10 Dampak Serius Ekspor Pasir Laut, Mulai dari Ekologis hingga Konflik Sosial
Launching Buku 'Green Democracy', Sultan: Semangat Wujudkan Keseimbangan
Launching Buku 'Green Democracy', Sultan: Semangat Wujudkan Keseimbangan
Pj Wali Kota Padang Terima Penghargaan Nirwasita Tantra
Pj Wali Kota Padang Terima Penghargaan Nirwasita Tantra
Limapuluh Kota – Warsi Kerja Sama Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Bersama Masyarakat
Limapuluh Kota – Warsi Kerja Sama Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Bersama Masyarakat
Sumbar Dapat Hibah ‘Reward’ Penurunan Emisi Karbon Rp53 Miliar dari BPDLH Kemenkeu
Sumbar Dapat Hibah ‘Reward’ Penurunan Emisi Karbon Rp53 Miliar dari BPDLH Kemenkeu
Pj Wako Pariaman Roberia Minta SMA-SMK Hasilkan Karya dari Daur Ulang Sampah
Pj Wako Pariaman Roberia Minta SMA-SMK Hasilkan Karya dari Daur Ulang Sampah